ZAMAN sekarang, sulit rasanya memisahkan anak tercinta kita dari mengakses media sosial. Kita takut ada dampak buruk yang bisa mempengaruhi perkembangannya ke depan. Tapi, sebenarnya, media sosial tidak selalu buruk untuk anak, lho.
Menurut psikolog Roslina Verauli, anak layak menggunakan media sosial, dengan pendampingan orang tua.
Untuk melakukan pendampingan, orang tua perlu mengetahui aturan dasar berbagai platform media sosial. Misalnya, Facebook mengharuskan pemilik akun berusia minimal 13 tahun, dan lain sebagainya.
Intinya seperti dilansir dari socialmediaweek.org, orang tua perlu mengikuti perkembangan media sosial. Selain itu orang tua juga perlu memantau aktivitas penggunaan media sosial pada anak.
Perlu juga dimasukkan ke dalam daftar prioritas, edukasi tentang kegunaan, hingga pengenalan risiko media sosial oleh orang tua dalam pendampingan.
“Jika orang tua lengah, dampak dari sosial media tersebut memudahkan akses terhadap tontonan maupun bacaan berisi konten kekerasan, pornografi, seks dan lainnya,” kata psikolog Elly Risman, seperti dilansir situs Antara.
Hal ini juga menjadi penting untuk diketahui. Seperti data statistik yang dilansir statistik.kominfo.go.id, saat ini 49 persen pengguna internet di Indonesia berusia 18 hingga 25 tahun. Berangkat dari situ, orang tua dapat menetapkan aturan bermedia sosial, yang dapat menjadi bekal anak agar bijak bermedia sosial.
Intinya, di zaman seperti skarang di mana kemudahan teknologi sudah masuk di berbagai sendi kehidupan, akan sangat sulit bila kita melakukan pengekangan terhadap akifitas anak di media sosial. jalan terbaik, dampingi mereka. seperti yang ami kutip dari laman kidshealth.org, ada beberapa tips yang bisa kita lakukan :
- Mengajarkan keterlibatan kegiatan amal, kampanye, dan aktivitas nonprofit lain.
- Berkenalan dan berinteraksi dengan orang lain yang punya ketertarikan akan suatu hal.
Anda perlu memastikan tetap terlibat dalam aktivitas anak bermedia sosial. Di saat yang sama meyakinkannya bahwa Anda menghargai privasinya, sekaligus ingin menjaga keamanan mereka.
Berikut praktiknya menurut beberapa sumber.
- Pemahaman media sosial. Bicarakan dengan anak, apa itu media sosial, bagaimana cara kerja dan penggunaannya.
- Bersikap baik. Jelaskan betul betapa sikap jahat tak dapat diterima, baik di dunia virtual maupun nyata. Ajar anak memperlakukan sesama dengan respek. Minta mereka untuk selalu bercerita jika ada kejadian tak mengenakkan seperti pelecehan atau perisakan (bullying) yang mereka alami.
- Buka akun atas nama orang tua. Hal ini bisa dilakukan jika anak masih di bawah usia minimal ketentuan sebuah platform media sosial.
- Pikir dua kali. Ingatkan anak bahwa apa yang mereka tulis di media sosial dapat digunakan orang lain untuk melawan mereka. Sebaiknya hindari mencantumkan keberadaan anak, juga nomor teleponnya.
- Pastikan anak tahu, sekali mereka mengunggah sesuatu di internet, mereka tak bisa menariknya kembali. Karenanya sebaiknya mereka berpikir ulang, bagaimana jika ini dilihat guru atau atasan di masa depan.
- Beri tahu fungsi pengaturan privasi. Jelaskan hingga tuntas bagaimana caranya agar mereka terlindung dari pencuri identitas, dan oknum jahat lain di internet.
Tip lain bagi para orang tua adalah :
Biarkan anak bermedia sosial menggunakan komputer yang diletakkan di area umum di rumah. Bukan di kamar tidur, atau ruang tertutup lain. ***