MAHASISWA jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya, Sri Utami bersama timnya berhasil membuat inovasi terbaru. Mereka sukses mengolah limbah plastik kemasan minuman dan sari eceng gondok menjadi biofuel.
Biofuel tersebut adalah sumber energi alternatif berasal dari biomassa, terutama bahan nabati yang ramah lingkungan untuk masa depan. Karya itu adalah hasil pengamatan yang dilakukan oleh Sri yang biasa disapa Tami itu terhadap lingkungan sekitarnya.
Menurut Tami, di ITS belum ada pengolahan sampah kemasan botol air mineral. Dari situlah, Tami ketua tim bersama empat anggotanya yakni, Regia Puspitasari, Putu Adhi Rama Wijaya, Tri Wahyuning Eka PS, dan Ratri Puspita Wardani menciptakan alat yang dapat mengolah limbah sampah itu menjadi bahan bakar minyak.
“Awalnya limbah plastik dicacah menjadi potongan-potongan kecil. Kemudian cacahan tersebut diproses dengan metode pirolisis (proses dekomposisi bahan anorganik melalui proses pemanasan),” ujar Tami yang dikutip dari Surabayakita.com, Selasa 13 Desember 2016.
Hasil dari proses pirolosos ini adalah liquid fuel atau bahan bakar minyak.Liquid fuel itulah, kata Tami, yang nantinya dikomposisikan dengan hasil fermentasi bioetanol dari eceng gondok menjadi bahan bakar minyak yang beroktan tinggi.
“Kami komposisikan sedemikian rupa agar mirip dengan nilai oktan bensin. Yaitu 90 persen bioetanol dan 10 persen liquid fuel,” tutur wanita kelahiran Malang itu.
Tak sia-sia, inovasinya itu ternyata sudah berhasil memboyong dua piala juara satu dari dua ajang Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berbeda, yakni Lomba KTI Bio Fest yang diselenggarakan oleh Departemen Biologi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS) dan Lomba KTI Environment Festival oleh Departemen Teknik Lingkungan Universitas Airlangga.
Tak hanya itu, dengan keberhasilan tersebut Tami berharap dapat mempresentasikan karya terbaiknya ini di konfrensi internasional. “Target terdekat adalah ajang Call for Paper di Hokkaido, Jepang.” ***