SIMPANG jam adalah nama sebuah lokasi perempatan di Batam. Menghubungkan jalan Jenderal Sudirman (arah ke Lubukbaja dan Simpang Kabil, pen) – Jalan Gajahmada (arah Sekupang, pen) – jalan Raja Haji Fisabilillah (arah Batam Centre, pen).
Nama lokasi ini begitu terkenal di Batam. Penyebutan nama lokasi ini sebagai simpang jam, diduga karena adanya jam yang berada di perempatan tersebut, persisnya di arah jalan Gajahmada yang menuju ke Sekupang.
Sejak dekade 80-an, penyebutan nama lokasi ini sebagai “Simpang Jam” sudah disampaikan orang-orang. Jam yang menjadi penanda simpang tersebut dari penelusuran tim gowestid, merupakan jam pemberian sebuah bank, bank BNI 1946 (ralat tim kami jika salah, pen). Sementara informasi dari netizen yang sudah lama bermukim di Batam, jam yang dibangun di perempatan tersebut merupakan sumbangan dari PT. Persero Batam, salah satu perusahaan yang sudah beroperasi sejak awal-awal pembangunan Batam sebagai daerah industri.
“Setahu saya jam yang di simpang jam itu dari salah satu BUMN yaitu PT Persero Batam …”, kata netizen bernama Ardiansyah Persero Batam dalam salah satu diskusi di sebuah grup Facebook.
Selain di Simpang Jam Baloi ini, pembangunan jam umum di persimpangan jalan di Batam, sebenarnya juga dilakukan di lokasi lainnya. Salah satunya adalah perempatan jalan Hang Nadim – Hang Tuah yang merupakan akses utama menuju bandara internasional Hang Nadim (jam di lokasi ini sudah lebih dulu dicopot, seiring pengembangan wilayah kota Batam pada awal dekade 2000-an, pen). Yang lain adalah jam yang terletak di perempatan Sei Harapan.
Yang unik tentang jam di Simpang ini, walaupun didirikan untuk membantu warga Batam mengetahui waktu saat berada di lokasi ini, akurasi jam yang terpampang di simpang ini sering sekali tidak tepat.
“Benar sekali sebutannya Simpang Jam. Cuma sayang sekali jam yg ada di sana sering tidak tepat waktunya”, kata netizen lain, Ardy oyong.
Pada dekade 80 dan 90-an, lokasi Simpang Jam Baloi bukan hanya sekedar simpang 4. Tapi juga menjelma jadi teminal bayangan/ perantara bagi warga Batam.
Warga yang tinggal di daerah Sekupang sekitarnya dan memiliki aktifitas pekerjaan di daerah Lubukbaja, Batam Centre, Nongsa atau Kabil, kerap menggunakan lokasi ini sebagai tempat transit untuk mencari angkutan umum. Begitu juga sebaliknya. Tak ayal, lokasi Simpang jam memang tergolong daerah sibuk di Batam sejak dulu.
Data yang dibuat netizen di google saat ini, lokasi itu tetap menjadi salah satu wilayah tersibuk di Batam. Terutama pada jam-jam masuk kerja dan pulang pada senin hingga sabtu.
Sebagai salah satu lokasi perhentian, di sekitar simpang jam Baloi, dulunya sempat dibangun sebuah halte bus. Saat ini sudah dirubuhkan karena pelebaran jalan. Halte tersebut biasanya digunakan oleh warga dari daerah sekitar Nongsa/ Kabil atau Lubukbaja/ Nagoya yang ingin menuju ke arah Sei Harapan/ Sekupang menggunakan angkutan umum.
Sementara bagi warga Sekupang/ Sei Harapan dan sekitarnya yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Nongsa/ Kabil menggunakan angkutan umum, biasanya lebih memilih lokasi di sekitar SPBU Baloi untuk tempat perhentian mencari angkutan.
SPBU yang terletak di sekitar Simpang Jam Baloi dan masih beroperasi hingga sekarang tersebut, merupakan SPBU pertama yang didirikan di Batam.
Oh, ya. Untuk diketahui, pada dekade 80-an silam, kota Batam sebenarnya sudah memiliki moda tranportasi bus kota yang dikelola oleh swasta. Ada dua rute yang dilayani. Sei Jodoh – Sekupang PP dan Sei Jodoh Batu Merah PP. Nama busnya : Metro Bus.
Metro bus rute Sei Jodoh – Sekupang melewati lokasi Simpang Jam Baloi ini.
Simpang Jam Sekarang
KEMENTRIAN Pekerjaan Umum dan Perumahan (Kemenpupera) masih terus menggesa pembangunan dua jembatan layang atau flyover di Batam, yakni di Simpang jam di Baloi dan Simpang Kabil.
Jika jadi, Flyover Simpang Jam diharapkan selesai pada Desember 2017.
“Sebenarnya pembangunan flyover ini merupakan opsi mengatasi dan mengantisipasi kemacetan yang kerap terjadi,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Batam, Yumasnur, seperti dikutip dari laman batampos.co.id beberapa waktu lalu.
Persoalan kemacetan di Batam memang membutuhkan solusi yang cepat karena semakin lama tingkat kemacetan semakin tinggi. Setiap jam sibuk pada pagi maupun sore hari, puncak kemacetan terjadi di dua simpang ini.
“Jadi salah satu cara untuk mengatasinya adalah meningkatkan kapasitas jalan dengan bangun flyover atau memperlebar ruas jalan,” jelasnya.
Poyek flyover di Simpang Jam Baloi diharapkan akan mengakomodir arus lalulintas dari Bandara Hang Nadim menuju Nagoya dan sebaliknya. Sedangkan jalur bawah akan dilalui pengguna jalan dengan rute Batuaji dan Sekupang menuju Batam Center.
Flyover Simpang Jam menurut Operasional Manager PT. Pembangunan Perumahan (PP) Persero Tbk. yang mengerjakan flyover tersebut, Ardi seperti dilansir dari batam.go.id, dibangun dengan nilai proyek Rp 180 miliar. Total panjang jalan yang dibangun 1.097 meter. Dan panjang flyover 165 meter dengan lebar 32,2 meter.
“Pembangunannya dimulai 18 Desember 2015 dan ditargetkan selesai pada November 2017,” ujarnya di laman itu.
Struktur pembangunan disiapkan untuk dua beban. Yakni beban mati dari flyover, dan beban hidup dari kendaraan yang lalu lalang di atasnya. Pihak pelaksanan proyek sudah memperhitungkan beban kendaraan yang paling berat saat kondisi macet.
“Dari dimensi kendaraan dan beban safety-nya, dikali lagi 2,5. Jadi sangat aman,” katanya lagi.
(dha/yur)