DALAM waktu dekat, penyampaian informasi penerbangan di Bandara Hang Nadim Batam akan menggunakan Bahasa Melayu Kepri. Hal itu merujuk pada Perda Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pemajuan Kebudayaan Melayu.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata, yang bertemu dengan Direktur Bandar Udara Hang Nadim dan Teknologi, Informasi, Komunikasi, Amran, mengungkapkan, pertemuan itu membahas terkait sosialisasi Perda Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pemajuan Kebudayaan Melayu.
”Pertemuan itu salah satunya membicarakan rencana penerapan komunikasi dan penyampaian informasi kebandaraan dengan bahasa Melayu,” ujar Ardi, Kamis (2/9).
Disbudpar terus berinovasi untuk mengenalkan budaya Melayu kepada wisatawan. Inovasi ini secepatnya terealisasi juga berkat dorongan DPRD Kota Batam yang membidani lahirnya Perda tersebut. Sehingga, kebudayaan Melayu dapat diterapkan di berbagai instansi dan fasilitas umum lainnya di kota ini.
”Selama ini kalau di bandara kita hanya dengar dua bahasa yakni bahasa Indonesia dan Inggris, nantinya akan ada bahasa Melayu Kepri,” ujarnya
Selain pengunaan bahasa Melayu, Disbudpar juga bakal menyuguhkan musik Melayu dan memajang pakaian Melayu agar makin dikenal para penumpang maupun wisatawan yang tiba di pintu kedatangan. ”Pengunjung bisa juga foto mengunakan baju Melayu,” terangnya.
Menurut dia, ada 10 unsur yang tercantum di dalam Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD). Yakni; manuskirip, tradisi lisan, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, seni, bahasa, permaianan rakyat, olahraga tradisional dan teknologi tradisional.
”Atas dasar hal tersebut, melalui Bandara Udara Internasional Hang Nadim, Disbudpar meminta penggunaan bahasa Melayu Kepri untuk informasi kebandaraan,” terangnya.
Sementara itu, Direktur Bandar Udara Hang Nadim dan Teknologi Informasi Komunikasi, Amran, menyambut baik kedatangan Kepala Disbudpar Kota Batam, Ardiwinata dan Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Disbudpar Kota Batam, Muhammad Zen. Amran mengatakan, usulan penyampaian informasi menggunakan bahasa Melayu tidak melanggar ketentuan. Menurutnya, inovasi ini dapat mengangkat kearifan lokal dan akan dibahas secara teknis.
Amran juga berkisah tentang Bandara di Incheon, Korea Selatan (Korsel), tempatnya menuntut ilmu dulu. Menurutnya, dalam periode tertentu, ada pertunjukan seni berupa parade pertunjukan tradisional khas Korsel di bandara dan dinilai sangat menghibur.
”Disbudpar silahkan memberikan suatu hal yang baru seperti peminjaman baju Melayu sehingga ada suasana baru di Hang Nadim, kita siapkan space untuk berpromosi,” ujarnya.
(*/nes)