SOEKARNI sudah siap dengan rancangan proklamasi yang ia susun bersama kawan-kawannya.
Ia mengusulkan itu: Bahwa ini rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Segala badan-badan pemerintahan yang ada harus direbut oleh rakyat dari orang-orang asing yang masih mempertahankannya.
Soekarni ingin dalam rumusan proklamasi kemerdekaan itu seluruh rakyat merasa ikut menjadi bagian di dalamnya. Langkah setelah kemerdekaan itupun jelas: mengambil alih semua badan-badan pemerintahan. Dan itu juga dilakukan oleh rakyat.
“Terlalu radikal, Bung!” kata Hatta.
“Memang harus tegas!” kata Soekarni.
Sukarno dan Hatta berpandangan, sama-sama mengingat tadi pembicaraan mereka dengan Sumobucho.
“Terlalu berisiko kalau begitu kalimatnya. Kita bisa membuat susunan dan pilihan kata yang lain dengan menghindari risiko bahaya yang sama-sama tidak kita inginkan,” kata Laksamana Mayeda, dengan suara rendah tapi cukup tegas, seakan ingin menurunkan tegangan suasana di antara mereka. Terutama ketegangan dan kekerasan sikap Soekarni.
“Kami tadi sudah bicara dengan Sumobucho,” kata Sukarno kepada Soekarni, “saya sependapat dengan Tuan Mayeda.”
“Oh, kalau sudah ada pembicaraan saya minta di ruangan ini tak perlu lagi hadir Tuan-Tuan ini,” Sukarni menunjukkan pandangannya pada orang-orang Jepang yang hadir di ruangan itu.
Seketika ketegangan itu meninggi lagi di ruangan itu, sampai akhirnya beberapa orang-orang Jepang itu mengerti dan meninggalkan ruangan.
Mayeda, Yoshizumi, Miyoshi, dan Nishijima bertahan di ruangan itu. Jika kehadiran mereka di sana, pada saat proklamasi itu dirumuskan seakan-akan dihapuskan dari catatan sejarah, maka begitulah yang disepakati.
Kehadiran Nishijima pada saat itu penting karena ia sedikit mengerti hukum international. Jika teks seperti yang diusulkan Soekarni yang kemudian disetujui, sama saja itu bunuh diri bagi Jepang. Sekutu akan menghukum Jepang lebih berat karena melanggar kesepakatan status quo. Maka teks proklamasi yang akhirnya disepakati adalah teks yang menimbang kepentingan kedua belah pihak: memuaskan semangat revolusi para pemuda (yang bagaimana pun caranya toh akhirnya tak bisa dicapai), dan keamanan pihak Jepang!