Ogoh–Ogoh dilambangkan sebagai bhuta kala yang merupakan gambaran sifat buruk manusia (sad ripu) seperti marah, iri, lobha, serakah, bingung dan lain sebagainya. Setelah selesai diarak, ogoh-ogoh ini akan dibakar sebagai simbol bahwa manusia telah membakar sifat buruknya, sehingga pada esok harinya Umat Hindu tenang dalam melaksanakan Catur Brata Penyepian.
Dalam sastra disebutkan pula bahwa pawai ogoh – ogoh juga membantu para bhuta kala meningkatkan kualitas kesuciannya sehingga bhuta kala menjadi nyomya atau somya.
Umat Hindu mulai merayakan Nyepi dengan mengedepankan empat pengendalian diri, pertama tidak boleh menyalahkan api (amatigeni), tidak melakukan aktivitas apapun (amatikarya), tidak boleh berpergian (amatilelungan) dan tidak menikmati hiburan (amatilanguan).
(*)