SOAL kawan dan soal persahabatan di era politik, entah berapa banyak kawan yang akhirnya jadi lawan. Hanya, gara-gara beda pilihan politik. Merusak persahabatan gara-gara urusan politik yang sesaat, sungguh bukan hanya rugi, tapi sangat disayangkan bila menjadi rusak hubungan persahabatan karena urusan politik.
Oleh : Amat Tantoso
BERKAWAN jika ada beda pendapat itu lumrah. Namun, mencari ‘kesamaan’ daripada ‘perbedaan’ itu yang harus diutamakan. Biarlah jika ada perbedaan tapi tetap saling menghargai itulah esensi berkawan, bersahabat di era politik.
Ada yang bilang, berteman seribu masih kurang, tapi musuh satu sudah kebanyakan. Di era politik mungkin sekarang banyak orang yang sudi ‘mengorbankan’ hubungan persahabatan karena beda pilihan politik. Di situlah, saya tegaskan ‘jahatnya politik’ utamanya bagi mereka yang menafsirkan demokrasi secara sangat sempit.
Politik itu sesaat, sahabat itu terhormat. Jadi, tidak usah kita bikin siasat politik menyebabkan hubungan persahabatan jadi kandas.Masihkah ada persahabatan sejati di era politik? Memang berapa sih harga seorang sahabat ? Ada yang bilang sangat sangat mahal, ada pula yang bilang murah. Tapi bila karena pilihan politik, persahabatan jadi ‘kiamat’, Itu siapa yang mengajarkan?
Menjelang pemilu, banyak sesama sahabat baik akhirnya saling mencaci-maki, saling menghujat, bahkan saling membenci karena beda pilihan politik. Lalu, mereka sudi tercabik-cabik hubungan persahabatannya.
Harga persahabatan itu sangatlah mahal bila hanya dibayar dengan urusan politik. Ongkos sahabat itu tidak akan ada yang mampu bayar bila hanya dirusak karena urusan politik. Maka bersahabatlah dengan apa adanya dan penuh kasih. Karena bersahabat itu untuk urusan kebaikan, bukan kejelekan.
Masih banyak di luar sana yang membutuhkan persahabatan untuk mengusung sikap dan perilaku baik. Bersahabat di era politik, harusnya bisa saling menerima dan saling memberi dalam kebaikan. Bila tidak bisa sama, kenapa tidak boleh beda?
Sahabat itu ada untuk kolaborasi bukan kompetisi. Karena di era politik, tidak ada gunanya seorang sahabat yang hanya bisa saling membenci atau berburuk sangka pada apapun dan urusan apapun. Maka beruntunglah kita, orang-orang yang tidak menjadikan benci sebagai sahabat.
Salam persahabatan dari saya Amat Tantoso yang berpedoman, “Bisnis “Yes”, “Politik No”.
(*)
Penulis : Amat Tantoso, Ketua Asosiasi Pedagang Valuta Asing (APVA) Indonesia, Pengusaha di beberapa sektor di Kepulauan Riau, Pemerhati politik.
Catatan ini terbit pertama kali di socratestalk.com