SENI ukir “lebah bergayut” merupakan salah satu motif ukiran tradisional yang khas di Kepulauan Riau. Motif ini menggambarkan sekawanan lebah yang bergantung pada sarangnya, dan memiliki makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat setempat, khususnya pada masa lalu.
KEBERADAANNYA bukan sekadar hiasan, melainkan juga cerminan nilai-nilai, kepercayaan, dan kearifan lokal yang dipegang teguh oleh masyarakat.
Motif lebah bergayut merupakan gambaran yang menarik tentang koloni lebah yang bekerja bersama dalam keharmonisan. Kesenian ini sering ditemukan dalam seni kriya, tekstil, dan dekorasi rumah masyarakat Melayu tempo dulu. Para seniman menciptakan pola-pola yang rumit, mencerminkan ketertiban dan kekompakan lebah dalam sarang mereka. Kombinasi warna yang cerah dan desain yang halus membuat motif ini sangat estetis dan memikat.
Makna Simbolik Lebah Bergayut
- Kerja Keras dan Gotong Royong: Lebah dikenal sebagai serangga yang rajin dan bekerja sama dalam koloni. Motif lebah bergayut melambangkan etos kerja keras, ketekunan, dan gotong royong yang menjadi kunci keberhasilan dan kesejahteraan masyarakat. Mereka belajar dari lebah bagaimana pentingnya kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
- Keharmonisan dan Persatuan: Sarang lebah yang digantung menggambarkan sebuah kesatuan yang harmonis. Setiap lebah memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing demi keberlangsungan koloni. Hal ini mencerminkan pentingnya persatuan dan kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat di Kepulauan Riau.
- Kepemimpinan yang Bijaksana: Ratu lebah menjadi pusat dari koloni, memimpin dan mengatur seluruh aktivitas lebah lainnya. Motif ini juga menyimbolkan harapan akan seorang pemimpin yang bijaksana, arif, dan mengayomi masyarakatnya seperti ratu lebah pada koloninya.
- Kemakmuran dan Kesejahteraan: Madu yang dihasilkan lebah merupakan sumber makanan yang berharga. Motif lebah bergayut juga dimaknai sebagai simbol kemakmuran, kesejahteraan, dan keberlimpahan rezeki.
- Keteraturan dan Kedisiplinan: Kehidupan koloni lebah yang teratur dan disiplin menjadi inspirasi bagi masyarakat. Setiap lebah memiliki tugasnya masing-masing dan menjalankannya dengan tertib. Hal ini mengajarkan pentingnya keteraturan dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari.
Penerapan Motif Lebah Bergayut
MOTIF lebah bergayut dapat ditemukan pada berbagai benda dan bangunan tradisional di Kepulauan Riau.
Rumah Adat: Ukiran ini sering menghiasi bagian-bagian penting rumah adat, seperti pintu, jendela, dan tiang. Kehadirannya dipercaya dapat membawa keberuntungan dan melindungi penghuni rumah.
Perahu: Pada perahu-perahu tradisional, motif lebah bergayut diukir di bagian haluan atau buritan. Dipercaya dapat memberikan keselamatan dan kelancaran dalam pelayaran.
Benda-benda Seni: Motif ini juga diterapkan pada berbagai benda seni seperti ukiran kayu, kain songket, dan perhiasan.
Motif-Motif Ukiran Lain di Kepulauan Riau
MOTIF ukiran di Kepulauan Riau kaya akan makna dan filosofi, masing-masing membawa pesan tersendiri. Selain motif lebah bergayut, beberapa motif ukiran yang dikenal di Kepulauan Riau, di antaranya:
Selembayung
Melambangkan kebesaran, kemegahan, dan status sosial yang tinggi. Biasanya digunakan pada bangunan-bangunan penting seperti istana atau rumah bangsawan. Perbedaannya dengan lebah bergayut terletak pada fokusnya, selembayung lebih kepada status dan kemegahan, sementara lebah bergayut pada nilai-nilai sosial.
Pucuk Rebung
Menggambarkan pertumbuhan, perkembangan, dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Sering dijumpai pada ukiran di rumah-rumah penduduk sebagai simbol harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Berbeda dengan lebah bergayut yang lebih menekankan pada proses (kerja keras, gotong royong) untuk mencapai kesejahteraan.
Bunga Tampuk Manggis
Melambangkan kesucian, keindahan, dan keharmonisan. Biasa digunakan sebagai hiasan pada pakaian adat dan benda-benda seni. Meskipun sama-sama mengandung unsur keharmonisan, lebah bergayut lebih spesifik pada keharmonisan dalam konteks sosial dan kerjasama, sementara tampuk manggis lebih umum pada keindahan dan kesucian.
Ikan
Melambangkan rezeki, kemakmuran, dan keberuntungan. Kepulauan Riau yang merupakan wilayah maritim menjadikan ikan sebagai motif yang umum dijumpai. Meskipun sama-sama melambangkan kemakmuran, lebah bergayut mengaitkannya dengan kerja keras dan gotong royong, sementara ikan lebih kepada rezeki dari laut.
Naga
Melambangkan kekuatan, kekuasaan, dan kewibawaan. Motif ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan penting dan benda-benda pusaka. Jelas berbeda dengan lebah bergayut yang lebih menekankan pada kerjasama dan keharmonisan daripada kekuatan dan kekuasaan individual.
Awan Larat
Melambangkan dinamika kehidupan, perubahan, dan adaptasi. Motif ini mengajarkan manusia untuk bisa beradaptasi dengan perubahan. Berbeda dengan lebah bergayut yang lebih menekankan pada keteraturan dan kedisiplinan dalam sebuah sistem yang mapan.
Secara umum, perbedaan utama lebah bergayut dengan motif lain terletak pada penekanannya pada aspek sosial, etos kerja, dan kebersamaan. Sementara motif lain bisa berfokus pada status sosial, keindahan, kekuatan, atau aspek-aspek kehidupan lainnya. Keberagaman motif ukiran di Kepulauan Riau mencerminkan kekayaan budaya dan kearifan lokal masyarakatnya.
(ham)