MENIKAH secara sederhana, hanya mengundang sedikit tamu, tanpa publikasi dan dekorasi berlebih, sepertinya bukan hal umum di Indonesia.
Sebab, pernikahan ala orang Indonesia identik dengan ritual tradisi dan pesta yang dihadiri oleh ratusan hingga ribuan undangan.
Namun kini, konsep seperti itu mungkin tidak menjadi keharusan lagi. Misal seperti pasangan Syahrini dan Reino Barack yang menikah 27 Februari 2019 di Masjid Tokyo Camii, Jepang.
Mereka memilih pernikahan dengan konsep privat dan mengundang tamu yang terbatas.
Pernikahan privat menjadi tren di kalangan selebritas Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Selain keduanya, langkah serupa juga diambil pasangan Dimas Anggara dan Nadine Chandrawinata. Lalu, Chicco Jerikho dan Putri Marino juga memilih pernikahan serupa pada tahun 2018.
Reverend Judith Johnson dalam buku The Wedding Ceremony Planner: The Essential Guide to the Most Important Part of Your Wedding Day menjelaskan konsep pernikahan privat mampu meningkatkan kedekatan antara mempelai dan kerabat atau tamu yang diundang terbatas dalam acara tersebut.
Dengan konsep pernikahan terbatas, terang Reverend, para tamu undangan dapat terlibat aktif dan menikmati suasana perayaan.
Pendek kata, semakin sedikit tamu yang dihadirkan, pesta akan semakin hidup dan interaksi sosial antar pengantin dan tamu terjadi dengan alami.
Etika mengundang
Menurut Retha, Founder Lollipop Wedding Organizer, batasilah tamu undangan yang berasal dari keluarga sekandung dari ayah dan ibu.
“Misalnya, mamanya pengantin punya 5 saudara, jadi yang diundang hanya om dan tantenya pengantin ini, kalau melebar ke misalnya anaknya tante punya saudara lagi ya tidak usah. Lalu, batasi om dan tante cuma bisa bawa 4 orang, anggaplah anaknya 2,” jelas Retha.
Untuk teman, undanglah mereka yang benar-benar paling dekat dengan calon pengantin dan masih tetap berkomunikasi.
Sedangkan menurut Billy, Co-Founder, Maestro Wedding Organizer, untuk calon pengantin yang berasal dari keluarga besar, harus betul-betul membuat skala prioritas soal siapa saja anggota keluarga yang akan diundang.
“Untuk prioritas paling utama keluarga dekat, keluarga inti. Kedua, orang-orang yang banyak berinteraksi dengan calon pengantin.”
Hemat biaya
Selain itu, menikah dengan konsep terbatas tentu saja dapat menghemat biaya, misal dekorasi pelaminan, sewa gedung dan rias pengantin, juga jasa katering pesta yang biasanya memakan biaya cukup besar.
Sebagai gambaran, untuk biaya sewa gedung respesi di area Jakarta saja, calon pengantin harus menyiapkan biaya sedikitnya Rp7 Juta belum termasuk dekorasi. Bahkan, beberapa gedung tersebut menjual paket pernikahan dengan harga ratusan juta rupiah.
Dalam sebuah survei terhadap 13 ribu pasangan pengantin yang menikah tahun 2016 lalu di Amerika Serikat (AS), tercatat biaya rata-rata pernikahan di sana adalah USD 35 Ribu. Hal ini tentu menjadi angka rata-rata yang cukup besar untuk sebuah pesta yang berlangsung beberapa jam saja.
“Ada sebuah tren keseluruhan menuju cara-cara minimalis dan kesederhanaan, dan itu berlaku untuk pesta pernikahan juga. Selain itu menyiapkan sebuah pernikahan tradisional membutuhkan energi, waktu dan dana yang tidak sedikit,” terang Christina Friedrichsen, pendiri situs Intimate Weddings.
“Begitu banyak orang yang kewalahan menghadapi tekanan hidup sehari-hari. Mereka hanya tidak ingin mengalami tekanan tambahan saat mengatur acara besar. Kelelahan dalam pengambilan keputusan adalah nyata dan pernikahan terbatas membantu meringankan sebagian dari beban itu,” ujar dia yang juga menulis buku Intimate Weddings: Planning a Small Wedding That Fits Your Budget and Style.
Lebih bebas
Dengan konsep pernikahan ini, calon mempelai juga memiliki kebebasan dan leluasa memilih tema pakaian pengantin. Tanpa harus ragu dan memikirkan apa yang ada dalam pikiran tamu saat melihat pakaian mereka.
“Pengantin dapat lebih percaya diri dengan pilihan pakaian mereka, bahkan memilih pakaian dan tema untuk pengiring penganti tanpa perlu merasa risih dan ragu,” ucap Vicky Lirantonakis, pemilik gerai pakaian pengantin Best Dressed di kota Boston.
Bagi Anda yang penasaran dengan cara untuk menikah di Jepang seperti pasangan Syahrini dan Reino, ternyata mudah.
Menurut kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Jepang, syarat utama adalah mencatatkan pernikahan di kantor catatan sipil di sana. Kemudian, proses pernikahan secara agama dapat dilakukan, hal ini sesuai dengan hukum sipil yang berlaku di Jepang.
Sumber : Kompas / Beritagar / Tribun