SEBANYAK 1.409 kemasan sambal bilis menjadi modal bagi Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri dan Batam Tourism Polytechnic (BTP) dalam memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI), Sabtu kemarin (22/7/2023) di Kampus BTP.
Adapun sambal teris bilis ini menggunakan cabai kering. Tujuannya bukan hanya menyabet rekor MURI, tapi juga mengendalikan inflasi dengan mempopulerkan penggunaan cabai kering di tengah masyarakat.
Deputi Kepala BI Perwakilan Kepri, Adidoyo Prakoso mengatakan cabai merupakan salah satu komoditas penyumbang inflasi terbesar di Kepri. Sehingga pemecahan rekor MURI ini dalam misi mengkampanyekan penggunaan cabai kering sebagai produk olahan.
“Ini adalah bentuk program pengendalian inflasi, yakni kombinasi. Salah satunya ialah mengkampanyekan produk-produk olahan,” ungkapnya usai acara.
Mengenai jumlah produk olahan bilis sebanyak 1.409, merupakan hari jadi BTP. Hal itu diungkapan Kepala Program Studi Manajemen Kuliner BTP Batam, Rosie Oktavia Puspita Rini.
“Kami melibatkan 180 orang dari masyarakat sekitar Tiban dan mahasiswa BTP. Sedangkan bahan utamanya yakni bilis atau teri yang didatangkan dari Tanjungpinang,” tuturnya.
Ia kemudian merinci bahan yang diperlukan, yakni cabai kering 200 kg, bilis 100 kg, dan bawang merah 100 kg.
Teri dari Tanjungpinang sendiri memiliki kualitas bagus, sehingga dipilih oleh BI dan BTP. Ia juga mengatakan dengan metode pengolahan yang tepat sesuai teknologi pangan, maka olahan dari cabai kering bisa seenak cabai segar.
“Dari cabai kering itu ada berbagai macam metode untuk menyamakan dengan cabai segar bahkan bisa lebih enak,” ujarnya.
Nantinya, ribuan paket sambal bilis itu akan dibagikan ke masyarakat umum untuk dinikmati.
Sementara itu Direktur Operasional MURI, Yusuf Ngadri mengatakan penghargaan rekor MURI untuk sajian sambal teri merupakan keberhasilan dalam kepeloporan atas rekor kategori baru dengan jumlah yang banyak.
Bahkan, rekor yang tercatat merupakan rekor dunia, dengan jumlah kemasan sangat banyak mencapai 1.409 kemasan.
“Sambal teri ini memang bukan yang pertama, tapi kami ambil dari sisi jumlah yang banyak saat di produksi. Jadi ini yang didaftarkan,” terangnya.
Ia menjelaskan untuk rekor yang bersifat kuliner ataupun budaya rata-rata adalah untuk meraih rekor MURI (leo).