HARGA minyak dunia kini terpuruk kian dalam. Harga itu bahkan menjadi yang terburuk sepanjang lebih dari dua dekade terakhir.
Dilansir dari Market Insider, Senin (20/4), harga minyak dunia mencapai USD 15,28 per barel untuk acuan West Texas Intermediate (WTI) atau turun 15,67 persen dibandingkan sebelumnya.
Sementara untuk acuan Brent turun 4,2 persen menjadi USD 26,91 per barel. Keadaan yang mengkhawatirkan ini membuat Departemen Energi AS berencana untuk membeli minyak dari produsen minyak demi menjaga produksi minyak.
Sebelumnya dilaporkan produksi minyak mentah naik hingga 19 juta barel. Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) pun tak bisa berbuat banyak untuk industri yang sedang sakit tersebut. Sementara kartel dan mitra global hanya dapat menyetujui pengurangan produksi 9,7 juta barel, yang dinilai tak akan cukup.
Di negara tetangga, Malaysia, pemerintahnya merespons jatuhnya harga minyak ini dengan menurunkan harga BBM mereka. Bahkan, pemerintah negeri jiran ini terhitung sudah 6 kali menurunkan harga.
Dalam pekan ini, Malaysia menahan harga BBM mereka di level bawah.
Dikutip dari imoney.my, harga BBM RON 95 atau yang setara Pertamax Plus, pekan ini dipatok di harga 1,25 ringgit atau Rp 4.420 per liter. Harga itu jauh lebih murah dari BBM jenis Premium (RON 88) di Indonesia, yang masih dijual Rp 6.450 per liter.
Sementara BBM RON 97 di Malaysia, dijual 1,55 ringgit atau sekitar Rp 5.473 per liter. Harga itu jauh lebih murah dengan BBM Pertamax Turbo dengan RON 98 di Indonesia, yang harganya Rp 9.850 per liter.
Di Indonesia
BULAN lalu, saat harga minyak dunia belum mencapai rekor terendah selama lebih dari dua dekade, Presiden Jokowi sudah sesumbar untuk menurunkan harga BBM.
Jokowi telah melempar arahan kepada jajaran menteri kabinetnya untuk segera mengkalkulasi penurunan harga BBM.
Saat itu, harga minyak mentah memang sudah mulai turun di kisaran USD 30 per barel.
“Karena itu saya minta kalkulasi dihitung dampak dari penurunan ini pada perekonomian kita terutama BBM, baik BBM subsidi dan nonsubsidi,” kata Jokowi dalam rapat kabinet terbatas secara online, Rabu (18/3).
Ketika itu, ia meminta realisasi penurunan harga BBM ini dilakukan pada waktu yang tepat. Sehingga, bisa memberikan manfaat untuk perekonomian di dalam negeri. Apalagi Indonesia mulai terserang wabah virus corona.
Sayangnya, hingga hari ini (21/4/2020) keinginan Jokowi itu baru sebatas arahan. Faktanya, harga BBM tak kunjung menurun kendati harga minyak mentah telah jatuh lebih jauh lagi, hingga setengah dari harga saat wacana itu mencuat.
Berdasarkan hitung-hitungan mantan Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandini seperti dikutip dari KUMPARAN (21/4/2020), seharusnya saat ini masyarakat telah menikmati harga BBM Rp 4.800 hingga Rp 5.000 per liter.
Lantas kapan pemerintah bakal menurunkan harga BBM dalam negeri?
Jika memang menunggu momentum yang tepat seperti kata Jokowi, bukankah terpuruknya perekonomian masyarakat di tengah situasi pandemi COVID-19 ini sudah cukup memenuhi syarat?
(*/lis/GoWestID)
Sumber : Market Insider / imoney / Kumparan