DALAM dua hari belakangan, Pelabuhan Internasional Batam Centre, Batam menunjukan wajah yang berbeda. Dari kondisi sibuk menuju lengang seiring dengan kebijakan Pemerintah Singapura dan Malaysia yang memberlakukan Lockdown hingga 14 hari ke depan.
Kawasan gedung utama pelabuhan pada Rabu (18/3) hari ini, terlihat sepi sekali. Sejalan dengan fakta pembatalan kapal yang dari semula ada 34 trip menuju Singapura tersisa 11 saja, dan 43 trip menuju Malaysia yang menyisakan 7 trip saja, hingga pukul 10.40 WIB tadi.
Mereka yang ada di pelabuhan, kata Manajer PT Syinergy Tharada, pengelola Pelabuhan Internasional Batam Centre, Nika Rizan Astaga, adalah warga negara asing umumnya berasal dari Singapura dan Malaysia yang akan kembali ke tanah air mereka. Selebihnya, adalah petugas lintas instansi yang berjaga, mengawasi arus keluar masuk dengan pengukur suhu dan masker yang melekat di muka.
Hari ini, baru ada 73 orang yang berangkat keluar Batam, sementara 955 orang batal berangkat, 139 orang yang telah memegang tiket untuk ke Malaysia dan Singapura juga tidak dapat pergi karena Lockdown yang diberlakukan.
“Kemarin hanya ada 2.900 orang saja, jauh menurun,” kata Nika saat ditemui di kantornya pada Rabu (18/3).
Di bagian konter penjualan tiket di lantai dasar gedung ini, hanya ada beberapa orang asing yang bertransaksi. Jika dibandingkan, jauh lebih banyak jumlah konter dibanding calon pembeli tiket.
Di situ, ada konter yang hanya menyisakan satu atau dua pegawainya tanpa pembeli tiket. Ada juga konter yang tutup, terlihat dari tulisan CLOSED yang termuat di layar monitor di bagian depannya.
Sejak akhir Januari 2020 lalu, kata laki-laki asal Palembang ini, COVID-19 mulai memberi dampak. Dimana sejak saat itu, frekwensi kepadatan penumpang, baik mereka yang akan keluar maupun masuk ke Batam sudah mengalami penurunan.
Sementara itu, tulisan Cancelled menghiasi benerapa monitor informasi jadwal kapal yang tertera di sudut-sudut kawasan pelabuhan ini. Dari 78 trip reguler setiap harinya, sebanyak 64 berstatus Cancelled, sisanya masih terjadwal, itupun untuk kepentingan pemulangan WNA ke negaranya masing-masing.
Pada 29 Januari 2020, penumpang yang bergerak keluar masuk Batam melalui pelabuhan ini berjumlah 5.105 orang. Jumlah ini masih berada di Batas normal. Berlanjut pada satu dan dua hari setelahnya, kepadatan mulai berkurang menjadi sebanyak 4 ribu orang saja.
Pada 2 Februari, jumlah penumpang kembali mengalami peningkatan sebesar 5 ribu orang. Itu disebabkan karena bertepatan dengan akhir pekan.
COVID-19 mulai signifikan memberi efek, mulai tanggal 4 Februari. Sejak itu, kepadatan penumpang terus mengalami penurunan yang membuat pengelola kapal penyeberangan internasional ini mulai memotong trip keberangkatan mereka.
“Dari 4 Februari 2020, penumpang terus mengalami penurunan, rata-rata tinggal menyisakan sekitar 3 ribu penumpang saja setiap harinya,” kata Nika lagi.
Terkait pengurangan trip dari masing-masing pengelola kapal, Nika memberikan gambaran yang cukup menarik. Dimana sejak COVID-19 memberi efek, penumpang yang tertampung dalam proses keberangkatan kapal jauh dari kata maksimal. Jumlah penumpang yang berangkat hanya hitungan jari, sementara kapasitas kapal bisa mencapai ratusan orang.
Kapal-kapal yang berangkat itu, terpaksa tetap melayani karena memang masih terjadwal dan bisa diakses secara online. Walaupun penumpang yang dibawa tidak lebih dari 10 orang, bahkan ada yang hanya tiga orang saja.
“Mereka terpaksa berlayar rugi, karena belum bisa menyesuaikan jadwal, setelah itu baru mereka melaporkan untuk pengurangan trip,” kata Nika lagi.
Efek ekonomi dari penurunan ini, mulai memberikan dampak nyata. Dimana kabar akan adanya aktivitas merumahkan karyawan mulai berhembus akibat penurunan frekwensi berlayar kapal. Apalagi Lockdown yang diberlakukan baru berjalan beberapa hari saja, ketiadaan penumpang masih menyisakan waktu yang cukup panjang.
Sebelumnya, pelaku pariwisata telah menjerit dengan penurunan aktivitas agensi travel yang berada di angka hingga di atas 90 persen. Tidak ada lagi aktivitas mereka membawa wisatawan jalan-jalan, walaupun itu hanya untuk daerah Kepri dan sekitarnya.
Di sisi dunia Industri, Lockdown ini memberi dampak pada mobilitas 6.552 expatriate dari berbagai jabatan mulai dari Presiden Direktur, General Manager, Manager Produksi sampai pada para engineer, yang bekerja di Batam dan mobile ke Batam-Singapura dan Batam-Malaysia.
Kondisi ini membuat aktivitas produksi industri di Batam mengalami gangguan. Belum lagi Lockdown itu juga memberi dampak pada terganggunya aktivitas keluar masuk bahan baku industri dari kedua negara ke Batam.
*(Bob/GoWestID)