PENANGKAPAN kapal bermuatan sabu ukuran besar terjadi di selat Philip, dekat Batam beberapa hari kemarin.
Awalnya, kapal MV Sunrise Glory diamankan karena beroperasi dengan dokumen palsu. Kapal kemudian dibawa ke pelabuhan Macobar Batam untuk diperiksa lebih lanjut.
Penyelidikan tim WFQR Lantamal IV/ Lanal Batam, BNN Pusat, Bea Cukai Pusat, serta Bea Cukai Batam, sempat tidak membuahkan hasil.
Sejak dilakukan penyisiran mulai pagi hingga sore, mereka sama sekali tidak berhasil menemukan sabu tersebut.
Lalu, mereka pun menurunkan unit K-9 yang berhasil menguak keberadaan barang haram tersebut.
“Penyimpanannya ditumpuk dengan beras, jadi sabunya disimpan di bawah, sedangkan di atasnya disimpan besar, makanya tim sempat mengalami kesulitan, setelah bantuan K-9 baru ditemukanlah sabu ini,” ungkap Laksamana Madya Achmad Taufiqoerrochman dikutip dari Kompas.com (10/2)
Andro dan Dilla
Unit K-9 (homofon dari canine, yang berarti anjing) merupakan sebutan untuk anjing pelacak kepolisian. Istilah ini dipakai di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat.
Pada kasus di atas, awalnya tim penyelidik menurunkan satu ekor anggota K-9 bernama Andro. Anjing jantan berwarna kuning kecoklatan ini berjenis Labrador Retriever berusia 4 tahun.
Andro, yang bertugas sebagai K-9 di Kantor Bea dan Cukai Batam, dikenal jago melacak berbagai jenis barang terlarang, khususnya narkoba.
Namun, entah karena saking banyaknya mengendus sabu atau mabuk karena goncangan di kapal, Andro menjadi lemas. Untuk mengantisipasi, mereka memanggil Dilla, seekor anjing betina dengan ras yang sama dengan Andro.
Terdapat perbedaan khas dari dua anjing pelajak itu dalam menemukan targetnya. “Andro mencakar ke bawah, sementara Dilla saat mencium target langsung duduk sembari menggerakan ekornya,” ujar Kasi Humas Pelayanan Bea dan Cukai Batam, Frans Depari, dikutip dari Liputan6.com (12/2).
Berkat kerja sama kedua anjing pelacak tersebut, sabu yang disembunyikan dalam 41 karung beras ditemukan dan upaya penyelundupan pun berhasil digagalkan.
Seleksi khusus
Arti kata Ca-nine/K-9 sendiri berasal dari kata Latin Canidae, selanjutnya disebut keluarga Canid/Serigala, jenis binatang buas yang memiliki rangkaian gigi pemotong daging, terletak persis dibelakang taring. Jenis-jenis anjing yang ada saat ini adalah keturunan serigala yang telah melalui proses rekayasa genetika.
Ada sejumlah ras anjing yang umum digunakan sebagai satuan unit K-9. Seperti Great Dane, Boxer, Giant Shnautzer, Labrador Retriever, Doberman Pinscher, Rottweiler, dan German Sheperd.
Meskipun masuk ke unit K-9, ada enam spesialisi bagi anjing K-9 Kepolisian, yaitu:
- Kemampuan mencium bahan peledak (handak) untuk mengatasi yang berkaitan dengan terorisme.
- Membantu tim SAR (Search and Rescue), U-SAR untuk mencari korban hidup dan Kadaver mencari korban yang sudah meninggal.
- Semua yang berhubungan dengan narkotika.
- Membantu dalam pengendalian massa.
- Karya guna artinya anjing bisa digunakan untuk pelacakan, penyelamatan, menghalau massa seperti yang dimiliki polda-polda atau mencari narkoba.
- Kemampuan atraksi, kemampuan pelacakan kriminal umum.
Meski berasal dari ras unggulan tidak berarti mereka asal dipilih. Calon unit K-9 harus melewati seleksi khusus agar dapat bertugas dengan baik dan diandalkan.
Seperti yang diungkapkan Iptu Wawan M, dari Direktorat Polisi Satwa, Depok, Jawa Barat, kepada National Geographic, hal yang pertama yang dilakukan adalah seleksi anatomi termasuk kesehatan satwa.
“Berikutnya adalah kemauan, terutama untuk menggunakan alat seperti bola. Misalnya jika dilemparkan, ia mau mengambil, bahkan ke tempat yang sempit sekalipun,” jelas Wawan. Dari sini mulai terlihat tingkat agresif dan kelincahannya.
Kemudian segi pertahanan juga menjadi salah satu pertimbangan utama. “Kalau diberikan mainan, dipertahankan,” ujar Wawan. Baru dari sini dapat ditentukan arah spesialisasi anjing tersebut di unit K-9.
“Jika anjing itu memiliki kemauan untuk pergi ke tempat-tempat tertutup, tidak suka menggongong tapi agresif, bisa ditempatkan di handak. Jika suka menggongong, agresif menyerang dengan daya serbu tinggi, bisa ke pelacak umum,” jelas Wawan.
“Kalau ganas dalam semua aspek, bisa ditempatkan di bagian pengendalian masyarakat. Jika daya melacaknya berlebihan, dalam latian senang menggali tanah misalnya, biasanya digolongkan ke dalam SAR.”
Anjing K-9 yang bertugas membantu penegak hukum ini tidak lagi digunakan ketika ia terluka cukup parah, hamil, dan usianya terlalu tua. Anjing tersebut maksimal hanya bertugas tujuh tahun, setelah itu pensiun karena dianggap sudah tua.
Mereka dilatih saat berumur satu sampai satu setengah tahun, untuk digunakan hingga lima tahun ke depan. Setelah itu dicek kembali. Jika masih layak dapat diperpanjang sampai tujuh tahun.
Sumber : Kompas / Liputan6 / Merdeka / Wikipedia / National Geographic / Beritagar