Dengan mengakses situs GoWest.ID, anda setuju dengan kebijakan privasi dan ketentuan penggunaannya.
Setuju
GoWest.IDGoWest.ID
  • Reportase
    ReportaseSimak lebih lanjut
    Wagub Nyanyang Haris Buka Forum SUNs Batam 2025
    51 menit lalu
    Komisi XIII DPR RI Gelar Konsultasi Publik RUU Perlindungan Saksi dan Korban di Batam
    6 jam lalu
    Puluhan Kios di Simpang Helm Batam Centre Digusur
    6 jam lalu
    Kapal Kujang 642 Lantamal IV Batam Amankan 20 Ton Solar Tanpa Dokumen dari KM Meneer
    10 jam lalu
    Buka Hubungan Kemitraan Ekonomi Antara Kota Batam Dengan Uni Emirat Arab
    13 jam lalu
  • Ragam
    RagamSimak lebih lanjut
    Dunia Sepakbola Berduka, Diogo Jota Meninggal Dunia Akibat Kecelakaan
    13 jam lalu
    Disdik Batam Catat 1.039 Siswa Belum Tertampung di Sekolah Negeri
    2 hari lalu
    Proses SPMB SD Selesai, Pemko Batam Cari Solusi Calon Siswa Tak Tertampung
    5 hari lalu
    Pemberlakuan Jam Malam untuk Pelajar di Tanjungpinang Mulai Tahun Ajaran 2025/2026
    6 hari lalu
    Bandar Rhio Tanjungpinang, Juli 1846
    1 minggu lalu
  • Data
    DataSimak lebih lanjut
    Taman Rusa Sekupang, Batam
    5 hari lalu
    Raja Ja’far Ibn Raja Haji Fisabilillah (Yang Dipertuan Muda Riau VI)
    5 hari lalu
    Pulau Citlim, Karimun
    6 hari lalu
    Pulau Pekajang, Lingga
    2 minggu lalu
    Pulau Combol (Tjombol)
    1 bulan lalu
  • Program
    ProgramSimak lebih lanjut
    Pelayanan Publik BP Batam : Ngobrol Bareng Deputi VI, Ariastuty Sirait #ComingSoon
    19 jam lalu
    Ngobrol Everywhere | Bicara Pelayanan Umum BP Batam Bersama Ariastuty Sirait
    2 hari lalu
    “Segudang Masalah Nelayan di Perairan Teluk Belian” | NGOBROL EVERYWHERE (Full)
    7 bulan lalu
    17
    Ngobrol Everywhere | Nelayan Bengkong dan Segudang Masalahnya
    7 bulan lalu
    Hunting Photo Malam di Washington, DC
    12 bulan lalu
  • Sudah Punya Akun?
TELUSUR
  • Reportase
    • Artikel
    • Serial
    • In Depth
    • Berita Video
    • Cerita Foto
    • Live!
  • Ragam
    • Budaya
    • Pendidikan
    • Lingkungan
    • Sports
    • Histori
    • Catatan Netizen
  • Data
    • Infrastruktur
    • Industri
    • Statistik
    • Kode Pos
    • Rumah Sakit
    • Rumah Susun
    • Tokoh
    • Wilayah
    • Situs Sejarah
    • Seni
  • Partner
    • VOA Indonesia
    • BenarNews.org
  • Yang Lain
    • Tentang Kami
    • Disclaimer
    • Privacy Policy
    • Pedoman Media Siber
Menyimak: “Ndasmu” Dan “Kau Yang Gelap,” Indikasi Kemunduran Komunikasi Politik?
Sebar
Notifikasi Simak lebih lanjut
Aa
Aa
GoWest.IDGoWest.ID
  • Reportase
  • Ragam
  • Program
  • Data
  • Reportase
    • Artikel
    • Serial
    • In Depth
    • Berita Video
    • Cerita Foto
    • Live!
  • Ragam
    • Budaya
    • Pendidikan
    • Lingkungan
    • Sports
    • Histori
    • Catatan Netizen
  • Data
    • Infrastruktur
    • Industri
    • Statistik
    • Kode Pos
    • Rumah Sakit
    • Rumah Susun
    • Tokoh
    • Wilayah
    • Situs Sejarah
    • Seni
  • Partner
    • VOA Indonesia
    • BenarNews.org
  • Yang Lain
    • Tentang Kami
    • Disclaimer
    • Privacy Policy
    • Pedoman Media Siber
Sudah Punya Akun di GoWest.ID? Sign In
Ikuti Kami
  • Advertorial
© 2025 Indonesia Multimedia GoWest. All Rights Reserved.
VOA Indonesia

“Ndasmu” Dan “Kau Yang Gelap,” Indikasi Kemunduran Komunikasi Politik?

Admin
Editor Admin 4 bulan lalu 389 disimak
Sebar
Pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyebut kata "Ndasmu" menuai sorotan publik (foto: ilustrasi).Disediakan GoWest.ID
270
SEBARAN
ShareTweetTelegram

KOMUNIKASI politik yang blak-blakan, spontan, dan terkadang dinilai tidak beretika semakin sering dipertunjukkan sebagian pejabat Indonesia dan AS.  Apakah ini indikasi kemunduran komunikasi politik? Apa dampaknya?


BELUM lama ini, pernyataan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto kembali menuai sorotan publik. Ketika berpidato di acara puncak HUT Partai Gerindra di Sentul, Bogor, pada Sabtu (15/2), ia melontarkan kata “ndasmu,” sebuah istilah dalam bahasa Jawa yang berarti “kepala kau,” yang dalam konteks tertentu bisa terdengar kasar atau merendahkan karena merupakan ekspresi ketidakpercayaan, sindiran, atau ejekan.

Ketua Umum Partai Gerindra itu beberapa kali melontarkan kata “ndasmu,” salah satunya saat menanggapi kritik terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang merupakan salah satu janji kampanyenya.

“Negara kita sangat besar. Sudah kita mulai sekian ratus orang, masih ada yang komentar belum banyak. Kalau enggak ada wartawan, saya bilang ndasmu,” ujar Prabowo, yang disambut riuh tawa para peserta.

“Ada orang pintar bilang, kabinet ini gemuk, terlalu besar… ndasmu,” ucapnya lagi, merespons kritik terhadap susunan kabinetnya yang dinilai tidak efisien.

Tidak hanya Prabowo, sejumlah pejabat publik lain juga sempat melontarkan pernyataan kontroversial dengan nada serupa.

Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan, misalnya, pernah merespons kritik masyarakat terkait kondisi negara yang semakin sulit, yang disuarakan lewat tagar #IndonesiaGelap, dengan mengatakan, “kau yang gelap!”

Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan

Gaya komunikasi pejabat yang semakin lepas dari norma dan cenderung kasar memunculkan pertanyaan: apakah ini strategi komunikasi politik spontanitas untuk menarik simpati publik, atau justru berisiko semakin memperlebar jarak antara pemerintah dan rakyatnya?

Pengamat: Mengapa Kritik Ditanggapi dengan Sindiran & Ejekan?

Firman Kurniawan, pengamat budaya dan komunikasi digital di Universitas Indonesia, menilai bahwa penggunaan bahasa informal yang cenderung kasar dalam komunikasi pejabat publik bukan sekadar masalah gaya komunikasi, tetapi juga mencerminkan pola interaksi pemerintah dengan masyarakat.

“Secara teoritis maupun secara praktis, pemerintah, atau mereka yang menjalankan amanat dari rakyat, membutuhkan partisipasi (masyarakat). Ketika dialog (antara pemerintah dan masyarakat) itu kemudian ditutup dengan kata-kata yang tidak pantas, masyarakat akhirnya akan mengambil jarak, sehingga secara teoritis partisipasi publik akan menjadi minim,” terangnya.

Firman Kurniawan (dok. pribadi)

Menurut Firman, kritik seharusnya dipahami sebagai bentuk partisipasi publik, bukan ancaman yang perlu ditanggapi dengan sindiran dan pernyataan defensif.

“Kecintaan masyarakat pada pemimpinnya itu dinyatakan dengan kritik. Nah, kalau tidak nyaman dengan kritik, kemudian dibalas dengan makian, ini kan namanya resisten,” sebut Firman.

Jika terus dinormalisasi, menurut Firman, gaya komunikasi seperti ini berpotensi mengikis kepercayaan masyarakat terhadap institusi negara. Firman menyoroti salah satu dampak sosialnya, yaitu munculnya tren apatisme dan keengganan berpartisipasi dalam urusan negara.

“Munculnya tagar #KaburAjaDulu. Ini adalah sebuah sinyal yang menunjukkan adanya keputusasaan. Jadi, mereka yang tidak bisa melawan, mereka yang mungkin tidak diterima keinginan berdialognya, akhirnya mencari alternatif di tempat lain,” pungkasnya.

Media Diminta Tak Hanya Jadi Pengeras Suara Pemerintah

Di tengah tren komunikasi pejabat yang semakin kasar dan tidak konvensional, media menghadapi dilema besar soal melaporkan pernyataan pejabat apa adanya, atau memoles dan memberi konteks guna menghindari kesalahpahaman?

Rossalyn Asmarantika, pengamat jurnalistik dan media di Universitas Multimedia Nusantara, menilai media sering kali memilih jalur yang lebih sensasional dalam memberitakan pernyataan pejabat.

Rossalyn Asmarantika (dok. pribadi)

“Seperti cuplikan, misalnya ada menteri, atau presiden, mengeluarkan diksi tertentu yang kontroversial, atau yang bikin kita tercengang, yang mungkin tidak sepantasnya dikatakan. Nah, itu dilempar begitu saja sama medianya. Mungkin yang perlu dilakukan adalah put the context,” kata Rossalyn.

Ditambahkannya, di era digital di mana terjadi persaingan yang sangat kompetitif untuk mendapat perhatian publik, media kerap menghadapi tekanan. Media kerap terjebak dalam pola clickbait dan sensationalism.

“Kebanyakan orang kini menemukan informasi secara incidental news consumption. Jadi konsumsi beritanya secara insidental, yaitu di media sosial. Nah, ini saya bisa paham kenapa akhirnya media cenderung mengangkat sensational things, untuk mengambil spotlight atau mencuri perhatian di tengah overload information yang ada di media sosial atau yang ada di masyarakat,” jelasnya.

“Ini adalah tantangan media di mana masyarakat kita tidak terlalu terbiasa untuk membaca … sekarang orang-orang attention spannya short. Jadi tidak bisa berlama-lama. Medianya harus berinovasi di situ,” kata Rossalyn.

Peran Juru Bicara Pemerintah

Di tengah tren pejabat yang semakin sering kedapatan menyampaikan pernyataan dengan konotasi kasar, baik pemerintah maupun media memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Firman menegaskan bahwa pemimpin tetap bisa bersikap tegas dan transparan tanpa kehilangan etika dalam berbicara.

“Tidak formal kan tidak berarti (menjawab) dengan memaki, atau menghardik dengan melecehkan pendapat publik,” ujarnya.

Selain itu, ia juga menyoroti kehadiran para juru bicara agar mampu menyampaikan pesan pemerintah dengan lebih baik dan beretika.

“Kan sudah menunjuk juru bicara, sudah memilih orang-orang yang bisa berbicara dengan masyarakat yang beragam. Menurut saya, gunakanlah itu untuk membangkitkan partisipasi publik,” jelas Firman.

Di sisi lain, media memiliki peran besar dalam membentuk cara publik memahami pernyataan pejabat. Jika media hanya sekadar menampilkan pernyataan kontroversial tanpa konteks yang cukup, mereka justru berpotensi menciptakan kebingungan di masyarakat.

“Media kewajibannya sampai di menyebarkan beritanya, atau informasinya, dan mengemasnya. Bagaimana interpretasi masyarakat terkait momentum itu, statement itu, atau berita itu, kan tidak bisa dikontrol. Tetapi setidaknya dengan memberikan konteks, media bisa memberikan tambahan value untuk masyarakat menimbang,” jelas Rossalyn. 

[th/em]

Pilihan Artikel untuk Anda

Wagub Nyanyang Haris Buka Forum SUNs Batam 2025

Komisi XIII DPR RI Gelar Konsultasi Publik RUU Perlindungan Saksi dan Korban di Batam

Puluhan Kios di Simpang Helm Batam Centre Digusur

Kapal Kujang 642 Lantamal IV Batam Amankan 20 Ton Solar Tanpa Dokumen dari KM Meneer

Buka Hubungan Kemitraan Ekonomi Antara Kota Batam Dengan Uni Emirat Arab

Kaitan batam, Indonesia gelap, Komunikasi politik, Luhut, Ndasmu, prabowo
Admin 26 Februari 2025 26 Februari 2025
Apa yang anda pikirkan
Suka sekali0
Sedih0
Gembira0
Tal peduli0
Marah0
Masa bodoh0
Geli0
Artikel Sebelumnya Apa itu Danantara, Pengelola Dana Investasi Yang Baru Diluncurkan Prabowo?
Artikel Selanjutnya Legenda Persebaya Bejo Sugiantoro Meninggal Dunia
Tinggalkan Komentar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

APA YANG BARU?

Wagub Nyanyang Haris Buka Forum SUNs Batam 2025
Artikel 51 menit lalu 66 disimak
Komisi XIII DPR RI Gelar Konsultasi Publik RUU Perlindungan Saksi dan Korban di Batam
Artikel 6 jam lalu 68 disimak
Puluhan Kios di Simpang Helm Batam Centre Digusur
Berita Video 6 jam lalu 91 disimak
Kapal Kujang 642 Lantamal IV Batam Amankan 20 Ton Solar Tanpa Dokumen dari KM Meneer
Artikel 10 jam lalu 98 disimak
Buka Hubungan Kemitraan Ekonomi Antara Kota Batam Dengan Uni Emirat Arab
Artikel 13 jam lalu 118 disimak

POPULER PEKAN INI

Truk Pengangkut Pasir Tabrak Dua Mobil di Batam
Artikel 3 hari lalu 347 disimak
Penumpang Super Air Jet Meninggal Dalam Penerbangan Semarang-Batam
Artikel 3 hari lalu 338 disimak
Kenaikan Tarif Listrik di Batam: Data Pelanggan Terdampak
Artikel 5 hari lalu 330 disimak
Pulau Citlim, Karimun
Wilayah 6 hari lalu 314 disimak
Mulai 1 Juli 2025 Tarif Listrik di Batam Naik 1,43%
Artikel 6 hari lalu 311 disimak
- Pariwara -
Ad imageAd image
about us

Kami berusaha menjadi CITIZEN yang netral dan objektif dalam menyampaikan pandangan serta pikiran tentang apapun di dunia ini.

  • Tentang Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Ikuti Kami
© Indonesia Multimedia GoWest 2025. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?