PENYEMATAN nama “Laksamana Ladi” untuk jembatan layang Sei Ladi di Batam menjadi perdebatan hangat, hanya sehari setelah diresmikan oleh Kepala BP Batam, Muhammad Rudi.
Jembatan yang terletak di persimpangan Waduk Sei Ladi di Jalan Gajah Mada ini resmi dibuka pada Selasa (31/12/2024), dihadiri oleh unsur Forkopimda Kota Batam dan TNI AL.
Di lini masa media sosial, pembahasan tentang sosok sang Laksamana marak diperbincangkan. Ada yang dengan pembahasan serius, ada juga yang sambil bercanda. Intinya, netizen juga merasa heran dan bingung dengan sosok Laksamana Ladi yang disematkan sebagai nama infrastruktur baru tersebut.
“Tak ada dalam sejarah Riau Lingga. Itu nama entah siapa buat dusta. Bukan hanya kebohongan, tapi membuat rusak sejarah kebesaran Riau Lingga Johor dan Pahang, ” tulis Abdul Kadir Ibrahim, seorang netizen.
Beberapa netizen lain yang bingung, dengan nada bercanda ada yang mencoba bertanya tentang sosok sang Laksamana menggunakan fitur Artificial Intelligence (AI). Hasilnya ternyata berbeda-beda tentang identitas sang Laksamana sehingga makin sulit dipercaya.
Pemberian nama jembatan “Laksamana Ladi” juga dipertanyakan oleh Lembaga Adat Melayu (LAM) Batam-Kepri yang menurut mereka tidak ada dalam catatan sejarah dan sumber-sumber rujukan.
Sementara itu, sejarawan dan budayawan Melayu asal Kepulauan Riau, Rida K Liamsi pun ikut angkat bicara. Berikut narasi yang diterima melalui pesan WhatsApp:
“Aku belum pernah baca ada cerita tentang Laksamana Ladi, apalagi di masa kerajaan Riau Lingga. Karena pada masa itu, di era persekutuan Melayu Bugis, jabatan Laksamana sebagai pemimpin angkatan laut sudah tiada. Jabatan itu sudah diambil alih oleh Yang Dipertuan Muda yang memegang jabatan Panglima Besar.
Untuk fungsi panglima, sudah diangkat Silawatang. Ada laksamana, tapi itu hanya gelar untuk orang besar, digunakan di Daik dan diangkat oleh Sultan. Hingga zaman Sultan Abdul Rahman Muazzamsyah II, Sultan Riau Lingga terakhir, masih ada, tetapi tidak ada angkatan perangnya.
Namun, suku Ladi ada dalam teks sejarah rantau Melayu. Mereka adalah orang Melayu Tua, berperan sebagai angkatan perang dan tugas lainnya, sama seperti suku Galang, Rempang, Mantang, dan lainnya. Itulah sebabnya ada nama tempat seperti Kampung Ladi di Batam, atau Sungai Ladi di ulu Sungai Carang. Mungkin pemimpin suku ini ada dan disebut Panglima, sama seperti suku Melayu Tua lainnya. Tapi sebutan laksamana, ya, nggaklah. Laksamana terakhir dari Bintan adalah Megat Sri Rama di masa kerajaan Johor.”
Polemik nama Laksamana Ladi sejauh ini belum berakhir. Pihak BP Batam melalui kepala bagian Humas, Sazani mengaku akan memeriksa kembali informasi yang diterima.
“Nanti saya cek lagi”, kata Kabag Humas BP Batam, Sazani, saat dikonfirmasi GoWest.ID, kemarin.
(ham)