KEMENTERIAN Kelautan dan Perikanan (KKP) menyampaikan kemajuan dalam transformasi tata kelola lobster setelah diterbitkannya Peraturan Menteri KP Nomor 7 Tahun 2024. Salah satu langkah signifikan adalah pengembangan model budidaya lobster di Batam, yang juga melibatkan kerjasama dengan perusahaan Vietnam dalam kegiatan budidaya oleh swasta.
Doni Ismanto Darwin, Staf Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan untuk Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Publik, mengungkapkan bahwa proses modeling lobster di Batam terus berlanjut. Ia menambahkan bahwa ekosistem makanan bagi lobster juga mulai terbentuk, yang berkontribusi pada pertumbuhan budidaya kekerangan oleh masyarakat setempat sebagai pakan lobster.
Potensi Benih Lobster (BBL) di Indonesia diperkirakan mencapai 465 juta ekor setiap tahun, di mana KKP memperbolehkan penangkapan untuk budidaya domestik dan ekspor sebanyak 419 juta ekor.
Menurut Doni, dengan sumber daya alam yang melimpah, pengembangan budidaya lobster ke skala industri memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Ia mengajak mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran untuk berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat, terutama di wilayah pesisir, tentang bahaya praktik penyelundupan BBL.
Praktik penyelundupan BBL ke luar negeri masih menjadi isu yang dihadapi, meskipun KKP bersama instansi penegak hukum seperti TNI AL dan Polri terus berupaya melakukan pengawasan. Doni menekankan bahwa penyelundupan dapat menghambat pengembangan industri budidaya lobster di Indonesia. Ia berharap agar semua pihak berkomitmen untuk mendukung pengembangan ini, mengingat potensi ekonominya yang besar.
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad, Yudi Nurul Ihsan, juga menekankan potensi besar BBL di Indonesia, yang dipengaruhi oleh kondisi geografis yang kaya akan biota laut. Yudi optimis bahwa pengembangan budidaya lobster skala industri dapat berjalan optimal dengan dukungan teknologi, etos kerja yang baik, dan pengawasan yang ketat.
Salah satu perusahaan yang aktif dalam budidaya lobster adalah PT Idovin Aquaculture International, yang beroperasi di Jembarana, Bali.
Perusahaan ini berencana untuk memperluas kegiatan budidaya ke daerah lain di Indonesia dan telah menjalin kemitraan dengan Universitas Padjadjaran untuk menciptakan inovasi dalam budidaya lobster berskala industri.
Juru bicara PT Idovin, Adinda Cresheilla, menekankan bahwa kemitraan ini merupakan kunci dalam mengembangkan sektor lobster di Indonesia. Dengan menggabungkan riset akademik dan teknologi industri, mereka berharap dapat memberikan solusi yang inovatif dan berkelanjutan untuk sektor ini.
(sus)