RATMI B-29 (Bomber 29) adalah pelawak pertama yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Ketika Ratmi B-29 meninggal dunia di Ujung Pandang (sekarang Makassar), Sulawesi Selatan, pada 31 Desember 1977 dan akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, banyak orang yang agak heran.
Soalnya orang lebih mengenal Ratmi sebagai pelawak dan pemain film daripada seorang pejuang.
Mencari riwayat hidup wanita yang terlahir bernama Suratmi itu tidak mudah.
Di TMP Kalibata sendiri tidak ada berkasnya. Bahan-bahan mengenai riwayat hidupnya lebih banyak didapat dari koran-koran.
Suratmi alias Ratmi B-29 diketahui meninggal karena serangan jantung. Menurut seorang rekan, ia hendak naik pesawat menuju Surabaya untuk merayakan tahun baru di sana. Tapi ia jatuh pingsan kurang lebih setengah meter dari tangga pesawat dalam pelukan suaminya.
Mobil yang datang untuk mengangkut Ratmi ternyata terlalu kecil sehingga perlu diganti dengan mobil yang lebih besar. Ratmi pun meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
Pelawak, pemain film, penyanyi keroncong dan pesinden ini adalah seniman lawak pertama yg dimakamkan di Kalibata. Sebuah Mobil Jenazah diselubungi kain Merah Putih berhenti di halaman Kalibata untuk mengantar kepergiannya.
Barisan Seragam bergenderang dan tembakan salvo mengiringi penguburan jenazah Suratmi.
Kenapa Ratmi dimakamkan di Makam pahlawan ?
Itu semua berkat jasa Ratmi membela negara sehingga ia dianugerahi Bintang Gerilya, Bintang Kemerdekaan 1 dan 2 dan Bintang Operasi Militer 1 dan 5.
Ratmi B-29 ternyata pernah menjadi Sersan dua pada laskar wanita (Laswi) pimpinan Ny. Arudji Kartawinata.
Ia sebagai Anggota Batalyon D Brigade 16 “Citarum” Jawa Barat. Ia juga pernah masuk pasukan Srikandi dan tahun 1945 ia ikut berjuang di daerah Banyumas, Jawa Tengah.
Hidup dan Karier
WANITA bernama asli Suratmi ini lahir pada 16 Januari 1932.

Ayahnya, Salimin, berasal dari Yogya. Ibunya, Sainem, asal Banyumas. Ratmi sendiri lahir di Bandung dan pernah duduk di HIS Cilacap sampai kelas 3.
Pada masa revolusi fisik, Ratmi turut ambil bagian jadi anggota Barisan Srikandi/Laswi dan anggota staf Batalyon Brigade D/X-16 di Jawa Tengah. Pangkatnya saat itu sersan dua. Setelah penyerahan kedaulatan, Ratmi mengundurkan diri.
Ratmi sebenarnya lebih dulu dikenal sebagai seorang penyanyi lagu-lagu keroncong yang dirintisnya sejak tahun 1943.
Pada tahun 1947, ia memasuki perkumpulan wayang orang. Sedangkan mulai main film di tahun 1961 sebagai figuran. Di samping itu, ia juga masuk dalam dunia lawak menggabungkan diri dalam grup “Tiga Djenaka” hingga tahun 1976.
Kemudian membentuk grup lawak yang bernama Ratmi Cs. Kebanyakan film yang dibintangi adalah film komedi.
Selama bidupnya, Ratmi menikah tiga kali. Suami pertama bernama Idris, meninggal dunia. Yang kedua Surnarno, kemudian bercerai.
Tahun 1973, Ratmi bertemu dengan Didi Sugandhi yang berusia 10 tahun lebih muda. Saat itu, Ratmi sedang dalam pengambilan film Ketemu Jodoh di Bandung.
Seorang sopir mengantar Ratmi yang mendadak sakit ke ayah si sopir. Dasar jodoh, Ratmi yang katanya kemasukan roh jahat di Cibulan (ketika opname film Ayah, tiga hari sebelumnya) bisa sembuh.
Sopir tersebut tidak lain adalah Didi Sugandhi, suami dan ayah dari 4 orang anak. Didi kemudian bercerai dari isterinya yang pertama untuk kemudian menikah dengan Ratmi. Tiga anak Didi dari isteri pertama diambil oleh Ratmi dan diasuh seperti anaknya sendiri.
Ia meninggal di Makassar, 31 Desember 1977 pada umur 45 tahun. Dalam film – film ia lebih dikenal dengan nama Ratmi B-29.
Ratmi adalah aktris Indonesia yang sering tampil di film komedi di era tahun 1970-an. Dia mendapat nama Ratmi Bomber-29 dari Laksda TNI Wiriadinata, Wakil Gubernur DKI saat itu. Pada tahun 1960-an, Ratmi memang sering menghibur keluarga TNI-AU di Bandung.
Kurang lebih 30 judul film telah dia bintangi.
Beberapa di antaranya adalah Si Djimat (1960), Tiada maaf bagimu (1971), Titienku sayang (1972), Permata bunda (1974), Ratu Amplop (1974), Putri Solo (1974), Gadis simpanan (1976), Tarzan Pensiunan (1976), Warung pojok (1977), dan Diana (1977).
Sumber : Wikipedia / Sumber Intisari