RENCANA Badan Pengusahaan (BP) Batam untuk menaikkan tarif air bersih menuai reaksi negatif dari kalangan pengusaha. Rencana tersebut akan cukup mengganggu iklim investasi di Batam.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam, Rafki Rasyid mengatakan bahwa kenaikan tarif air akan berdampak cukup serius kepada minat calon investor yang akan berinvestasi di Batam.
“Menurut saya, perlu kehati-hatian untuk menaikkan tarif air maupun juga listrik. Karena 2 hal ini merupakan kebutuhan pokok masyarakat dan industri,” kata Rafki, Senin (17/1).
“Mengenai pipa air bersih di Batam, saya kurang begitu memahaminya, tapi tentu saja kenaikan tarif akan berpengaruh. Jadi mungkin sebaiknya dievaluasi dengan matang dan detail sebelum menentukan tarifnya,” paparnya lagi.
Ia mengingatkan bahwa air bersih merupakan kebutuhan dasar masyarakat dan industri. Suplai air yang lancar dan harga yang kompetitif akan mejamin datang investasi ke Batam. Jika hal sebaliknya berlaku, maka akan mengganggu kelancaran iklim usaha di Batam.
“Jadi untuk tarif air dan listrik ini sebaiknya dibebankan ke pelanggan dengan harga yang relatif rendah dan kompetitif agar bisa mendorong tumbuhnya perekonomian.
Rafki kemudian memberikan saran agar BP Batam mencari jalur investasi baru yang mau menanamkan modalnya untuk membangun jaringan pipa air yang baru.
“Jika memang dibutuhkan investasi baru untuk jalur perpipaan air di Batam mungkin bisa dicari investor swasta yang bisa mendanainya,” ungkapnya.
BP Batam tinggal menyusun skema kerja sama dengan investor tersebut, agar saling menguntungkan. ” Jadi potensi Batam sebagai daerah tujuan investasi tidak tergerus dengan naiknya tarif,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Bidang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Himpunan Kawasan Industri (HKI), Tjaw Hieong mengatakan air merupakan kebutuhan vital bagi industri.
Ia meminta agar BP Batam berhati-hati dengan rencana tersebut. “Kenaikan harga bisa mengurangi daya saing dan daya tarik Batam sebagai kawasan investasi,” ucapnya.
Menurut Tjaw, pelayanan SPAM Batam masih banyak mendapat sorotan dari pengelola kawasan industri.
“Sekedar informasi dari beberapa Industri di Vietnam menyampaikan bahwa untuk air bersih per meter kubiknya, mereka hanya dikenakan USD0,60cent (VND14,140) atau setara Rp.9.051 per meter kubik. Kita saat ini sudah diatas itu sekitar Rp.10.500 per meter kubik untuk industri,” lanjutnya.
Sehingga, kenaikan tarif air ini akan menjadi beban tambahan bagi operasional perusahaan. Apalagi listrik di Kota Batam juga akan mengalami penyesuaian.
Sebelum berencana menyesuaian tarif air bersih, layanan Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) Batam sudah banyak mengecewakan warga Batam.
Berdasarkan data dari Ombudsman Perwakilan Kepri, pelayanan air bersih semakin mengecewakan, pasca diambil oleh oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam melalui SPAM Batam. Banyak warga Batam yang mengeluhkan ketiadaan air bersih pada jam-jam penting. Setelah mengeluhkan hal tersebut kepada kanal terpadu SPAM Batam, juga tidak mendapatkan respon yang baik.
Untuk melihat respon masyarakat, Ombudsman RI Perwakilan Kepri telah melakukan survey terhadap 540 responden di Batam, 17-24 Oktober kemarin. Hasilnya sebanyak 85 persen responden mengeluhkan pelayanan air yang buruk, dimana pasokan air bersih mengalir kurang dari 24 jam.
Secara detail, hasil laporan survey menunjukkan sebanyak 20,56 persen responden menjawab rata-rata air mengalir hanya 1-3 jam, kemudian sebanyak 38,15 persen responden menjawab rata-rata air mengalir hanya 4-6 jam, lalu sebanyak 18,70 persen responden menjawab rata-rata air mengalir hanya 7-9 jam, dan sisanya sebanyak 7,78 persen responden menjawab rata-rata air mengalir lebih dari 10 jam namun tidak sampai 24 jam.
Kepala Perwakilan Ombudsman Kepri, Lagat Siadari mengatakan Badan Pengusahaan (BP) Batam selaku pengelola SPAM Batam, seharusnya bisa memastikan ketersediaan air bersih selama 24 jam.
“Sesuai peraturan perundang-undangan, pelayanan air bersih itu harus non-stop 24 jam bukan 3 jam, 6 jam atau 10 jam saja, apalagi air mengalir hanya pada jam-jam tertentu,” paparnya.
Selanjutnya, hasil survey menunjukkan masyarakat mengeluhkan pendistribusian air hanya di waktu-waktu tertentu. Sebanyak 15,93 persen responden menjawab air mengalir hanya pada pukul 20.00–23.00 WIB, lalu sebanyak 30,56 persen responden menjawab pukul 23.00–02.00 WIB, dan sebanyak 35,37 persen responden menjawab pukul 02.00–05.00 WIB.
Lebih lanjut lagi, kualitas air bersih juga menjadi sasaran ketidakpuasan warga di Batam, responden mengeluhkan mengenai kualitas air dan debit air. 75 persen responden mengeluhkan kualitas air yang didistribusikan. Sebanyak 29,44 persen responden menjawab air yang didistribusikan kadang jernih, 36,67 persen respon menjawab kadang keruh, dan 7,96 persen responden menjawab air yang didistribusikan selalu keruh.
Kemudian terkait debit air, sebanyak 40,19 persen responden menjawab sedang, sebanyak 32,78 persen responden menjawab kecil dan 19,63 persen responden lainnya menjawab debit air sedikit dan diikuti dengan suara angin.
Dalam survey tersebut, juga terdapat 41,3 persen responden memiliki masalah terkait air yang berasa dan berbau. Sebanyak 18,89 persen reponden menjawab air yang didistribusikan tawar namun berbau. Lalu 12,22 persen responden menjawab terasa kimiawi namun tidak berbau, dan sebanyak 10,19 persen responden mengeluhkan air terasa kimiawi serta berbau.
Lagat menerangkan lebih dari 50 persen masyarakat yang menjadi responden ini pernah menyampaikan keluhannya kepada SPAM Batam, namun, hanya 15,37 persen yang ditanggapi, dimana 9,44 persen segera ditanggapi dan 5,93 persen ditanggapi setelah lebih dari 1 hari, sisanya sebanyak 49,63 persen ditanggapi namun tidak tuntas dan 31,30 persen tidak ditanggapi.
“Hanya 7,23 persen saja dari responden yang mengatakan puas pada layanan SPAM Batam, sisanya 27,78 persen biasa saja dan 65 persen tidak puas,” jelasnya.
Lagat berharap survey yang telah dilakukan ini ditanggapi serius oleh SPAM Batam.
“Segera ambil langkah-langkah strategis dan lakukan tindak lanjut yang terukur dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas air,” tegasnya.
Selain itu, ia juga meminta agar BP Batam dapat turut andil mendorong kontraktor air bersih untuk melakukan perbaikan dari hulu hingga ke hilir.
“Lakukan koordinasi dengan pihak kontraktor agar dapat segera mengambil langkah-langkah yang semestinya,” tuturnya.
“Jangan sampai permasalahan ini dibiarkan karena nanti semakin banyak pengguna bisa saja permasalahan ini semakin meluas. Lagipula sangat disayangkan bila tidak ada langkah perbaikan akan tercipta citra buruk bagi Kota Batam yang digadang-gadang sebagai Kota tujuan investasi,” ungkapnya (leo).