SEJUMLAH kawasan perumahan di Batam saat ini dikepung tumpukan sampah yang semakin menggunung. Warga setempat mengeluhkan ketidakdatangan truk pengangkut sampah yang seharusnya rutin beroperasi.
“Sudah beberapa hari ini sampah menumpuk di lingkungan kami. Kami sangat berharap ada solusi segera,” keluh Udin, seorang penduduk di perumahan Bida Asri 1, Batam Centre.
Pantauan di lokasi menunjukkan hampir seluruh blok perumahan dipenuhi sampah yang melimpah, sementara tong-tong sampah yang tersedia tidak mampu menampung limbah tersebut.
Kencangnya angin di akhir tahun ini turut menyebarkan sampah plastik ke seluruh penjuru, membuat lingkungan semakin kotor. Masalah serupa juga terlihat di banyak perumahan lainnya di Batam.
Apa yang Terjadi dengan Pengangkutan Sampah di Batam?
Menurut informasi yang diperoleh tim GoWest.ID, kerusakan peralatan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Telaga Punggur menjadi penyebab utama keterlambatan pengangkutan sampah. Hal ini mengakibatkan antrean panjang truk-truk pengangkut sampah.

Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, yang telah menerima laporan mengenai masalah ini, melakukan peninjauan langsung ke lokasi TPA.
“Dari yang kami ketahui, ada peralatan yang rusak, sehingga truk harus menunggu giliran untuk masuk,” jelas Amsakar saat meninjau TPA Telaga Punggur.
Ia menekankan pentingnya kelancaran akses truk ke TPA untuk menjaga pelayanan kebersihan tetap optimal.
“Kita perlu segera menyelesaikan masalah ini agar pelayanan kepada masyarakat tidak terganggu,” tegasnya.
Amsakar menjelaskan bahwa kendala utama bukan terletak pada jumlah petugas kebersihan, melainkan pada keterbatasan alat yang ada. Untuk itu, ia telah berdiskusi dengan anggota DPRD Batam mengenai rencana peremajaan dan pengadaan peralatan baru, meski belum dalam tahap formal.
“Pengadaan alat, khususnya truk pengangkut sampah, harus menjadi prioritas. Ini sangat krusial untuk memastikan pelayanan berjalan lancar,” tambahnya.
Langkah Strategis untuk Masa Depan
SELAIN solusi jangka pendek, Amsakar juga menyoroti perlunya langkah strategis untuk memperpanjang usia TPA yang diperkirakan hanya bisa bertahan 2-5 tahun ke depan. Ia mengusulkan kerja sama dengan pihak ketiga untuk mengolah sampah menjadi energi atau melakukan daur ulang dengan lebih efektif.
“Kita perlu mencari mitra baru untuk mengelola sampah ini. Potensinya sangat besar, baik untuk menghasilkan energi maupun mendaur ulang limbah. Ini akan menjadi solusi jangka panjang,” jelasnya.
Amsakar juga mengajak masyarakat untuk berkontribusi dalam mengurangi produksi sampah rumah tangga, misalnya dengan mengurangi penggunaan plastik saat berbelanja. “Jika biasanya menggunakan tiga kantong plastik, cobalah cukup satu. Langkah kecil seperti ini sangat membantu mengurangi beban sampah setiap hari,” imbaunya.
Produksi Sampah Capai 1.000 Ton per Hari
AMSAKAR menyampaikan bahwa produksi sampah di Batam mencapai antara 800 hingga 1.000 ton setiap hari. Jika tidak segera ditangani, hal ini dapat memperpendek usia TPA. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi masalah ini.
“Semakin banyak sampah yang masuk, semakin cepat kapasitas TPA akan terisi. Semua pihak—baik pemerintah maupun masyarakat—harus bekerja sama untuk menyelesaikan persoalan ini,” tutupnya.
(dha/sus)