KESALAHAN pengelolaan keuangan bisa berdampak buruk, tak terkecuali bagi milenial. Pasalnya, pengelolaan yang salah bisa menghambat kesehatan keuangan hingga bekal investasi di masa depan.
Maka, Anda perlu tau kesalahan pengelolaan keuangan yang perlu dihindari utamanya oleh para milenial, apa saja?
Tak Punya Financial Goal
Head of Expertise Group Finance PPM Manajemen, Yanuar Andrianto mengatakan kesalahan yang sering terjadi pada kalangan milenial adalah tak mempunyai perencanaan tujuan finansial (financial goal).
Sehingga, milenial sering larut dalam kebiasaan impulsif dan boros. Sementara, tabungan dan investasi untuk masa depan belum disiapkan.
“Yang paling bagus adalah mereka punya sasaran tahunan atau punya goals. Karena sama aja, irit tapi punya tabungan banyak tapi juga royal enggak punya tabungan, sebenarnya kurang baik juga kalau mereka enggak punya financial goal,” kata Yanuar seperti dilansir dari laman Kumparan, Selasa (6/8).
Sok Asik Biar Gak Dibilang Kudet
Meski terlihat sepele, sok asik yang acapkali dilakukan milenial justru bisa jadi bumerang bagi kesehatan keuangan lho.
Misalnya saja, kata Yanuar, milenial seringkali terperangkap dalam gaya hidup yang hobi nongkrong dan hang out bareng teman di tempat instagramable.
Sebenarnya tidak masalah jika hal itu memang perlu. Namun jadi salah saat hanya agar dibilang enggak kudet (kurang up to date) dan malah menguras kantong.
“Milenial kan orangnya sok asik, kayak sungkan kalau nolak ajakan nongkrong, tapi itu perlu di minimizecost-nya, nah itu yang harus berani ngambil sikap,” lanjut Yanuar.
Mengabaikan Financial Check up
Kesalahan lainnya yang perlu dihindari bagi milenial adalah mengabaikan pemeriksaan keuangan (financial check up). Mengapa penting?
“Ini untuk mengukur, oh ternyata pengeluaran gue selama ini segini, dibandingkan utang berapa, itu pendekatan pertama untuk melihat kekayaan bersih,” kata dia.
Cara melakukan financial check up yaitu dengan mengakumulasikan total aset yang dimiliki dengan pos pengeluaran yang lain, seperti utang, kebutuhan, hingga keinginan atau gaya hidup.
“Pendekatan ini melihat kesehatan keuangan kita, surplus atau defisit. Lakukan akumulasi terhadap pendapatan aktif atau pasif, kemudian dikurangi pengeluaran apa aja,” pungkasnya.
(*)