IKAN sarden dan beberapa jenis ikan lain, terutama yang sudah diawetkan dalam kemasan kaleng, adalah jenis ikan kemasan kaleng yang paling umum dikonsumsi manusia di zaman modern.
Sarden merupakan ikan berminyak berukuran relatif kecil.
Istilah sarden diambil dari nama pulau di Mediterania, yaitu pulau Sardinia di mana ikan sarden pernah terdapat dalam jumlah besar.
Di laman wikipedia disebutkan, ikan “sarden” seringkali tertukar dengan hewan jenis lain, tergantung definisi dari suatu negara.
FAO dan WHO menetapkan 21 spesies ikan yang dapat disebut sarden untuk memudahkan inspeksi dan karantina produk sarden. Terutama untuk sarden yang dikalengkan.
Ikan kaya nutrisi
IKAN sarden dikenal sebagai jenis ikan yang kaya vitamin dan mineral.
Satu sajian ikan sarden sudah dapat memenuhi 13 persen kebutuhan vitamin B, 25 persen niasin, dan 150% kebutuhan vitamin B12.
Sarden juga kaya akan mineral fosfor, kalsium, natrium, besi, dan selenium karena sarden dapat dimakan sampai ke tulangnya.
Selain itu, sarden merupakan sumber alami asam lemak omega-3 yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Ikan sarden juga merupakan sumber vitamin D, kalsium, dan protein yang baik.
Ikan sarden tidak berada dalam tingkatan trofik rantai makanan yang tinggi sehingga rendah kontaminan dibandingkan ikan lainnya seperti ikan tuna.
Sarden dalam kaleng
KEMASAN kaleng dalam bentuk makanan ikan sejenis ‘’ikan Sarden’’ sekarang, pertama kali dibuat di Amerika oleh ‘’Ezra Dagget’’ dari kota NewYork pada tahun 1819.
Selanjutnya menyusul sekitar tahun 1935, Heinz & Company memasukan masakan saos tomat ke dalam kemasan kaleng dan memproduksinya secara besar-besaran di kota Richmond Victoria.
Saat itu proses pengalengan makanan diawali dengan pemanasan. Tujuannya untuk membunuh bakteri dan jamur yang ikut dalam dalam proses pengalengan makanan dan minuman.
Hingga akhirnya di zaman sekarang, jenis makanan seperti ikan, sayuran dan yang lainnya sudah banyak yang memakai sistem kaleng dan bisa bertahan dalam waktu yang lebih lama.
Di berbagai negara, ikan sarden diperjual belikan dalam kemasan kaleng. Di pabrik pengalengan ikan, ikan sarden yang telah ditangkap kapal penangkap ikan dicuci di pabrik, kemudian kepalanya dibuang.
Sarden dimasak dengan minyak panas maupun dipanaskan di dalam kaleng dengan uap panas. Setelah itu, ikan yang telah berada di dalam kaleng, direndam dalam campuran minyak yang mengandung bumbu.
Sarden kaleng yang dikatakan berkualitas tidak memiliki kepala dan insang.
Di berbagai tempat, isi perut ikan juga dibuang sebelum dikalengkan, umumnya dilakukan terhadap jenis sarden berukuran besar.
Ikan kaleng bercacing
TEMUAN adanya cacing di ikan kalengan merebak dan membuat masyarakat khawatir.
Padahal, jenis makanan ini merupakan jenis makanan yang familiar dikonsumsi. Lantas, apakah ikan bercacing dalam kaleng seperti yang ditemukan, sebenarnya sudah ada sejak dulu?
Fakta-fakta apa saja yang sebaiknya kita tahu tentang produk tersebut?
Apakah cacing tersebut berbahaya bagi tubuh? Ikan kalengan apa saja yang mengandung cacing?
Melansir dari laman hellosehat, berikut fakta-faktanya :
1. Tidak ada cacing di sarden kalengan, melainkan di beberapa produk ikan makarel kalengan
Seperti dijelaskan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), sebenarnya tidak ditemukan cacing di produk ikan sarden kalengan. Produk yang ada cacingnya ternyata adalah tiga merek ikan makarel kalengan. Tiga merek ikan makarel yang mengandung cacing ini adalah Farmerjack, IO, dan HOKI. Ketiga produk ini telah ditarik dari peredaran karena tidak layak konsumsi.
2. Cacing di ikan makarel kalengan ini sudah mati
Hasil analisis dan temuan Badan POM menyatakan bahwa cacing pada produk-produk ikan makarel kalengan tersebut sudah mati, bukan cacing hidup.
Cacing yang ditemukan adalah jenis cacing parasit Anisakis sp. Dalam jurnal Clinical Microbiology Reviews, dikatakan bahwa cacing ini memang banyak ditemukan pada ikan laut, termasuk ikan makarel yang dikemas dalam kaleng. Jika dikonsumsi oleh manusia meski dalam keadaan sudah mati, cacing ini bisa menimbulkan masalah kesehatan.
3. Apa akibatnya kalau terlanjur makan cacing di ikan kalengan?
Dilansir dari jurnal Foodborne Pathogens and Disease tahun 2010, ada dua hal yang mungkin terjadi bila Anda mengonsumsi cacing di sarden atau makarel kalengan, baik cacing mati maupun hidup. Yang pertama adalah gangguan pencernaan, dengan gejala mual, muntah, dan diare. Akan tetapi, beberapa orang yang makan cacing dari ikan laut mungkin saja tidak merasakan gejala pencernaan apa pun.
Hal kedua yang mungkin terjadi adalah reaksi alergi terhadap cacing Anisakis. Kemungkinan munculnya reaksi ini juga telah diperingatkan oleh Badan POM, sehingga akhirnya produk-produk tersebut ditarik dari pasaran.
Cacing di sarden atau makarel ini berpotensi menyebabkan reaksi alergi karena mengandung zat kimia tertentu sejenis protein yang memang tidak ramah bagi manusia. Akibatnya, ketika dimakan sistem kekebalan tubuh (imun) Anda akan menganggapnya sebagai serangan zat asing yang berbahaya bagi tubuh. Reaksi alergi yang terjadi bisa bersifat ringan hingga serius.
Gejala-gejala reaksi alergi ringan terhadap cacing ini antara lain hidung berair, kulit badan dan area di sekitar mulut gatal-gatal, serta mata gatal dan berair. Sedangkan reaksi alergi serius yang mungkin terjadi yaitu syok anafilaktik. Syok anafilaktik ditandai dengan kesulitan bernapas dan tekanan darah menurun drastis. Jika tidak mendapat penanganan darurat, kondisi ini bisa menyebabkan kematian.
Bila Anda baru saja mengonsumsi ikan makarel kalengan dan mengalami gejala-gejala di atas, segera cari bantuan medis.