RENCANA penggiliran (Rationing) untuk memperpanjang layanan air baku di Batam baru akan dilaksanakan pada 15 Maret besok. Rencana itupun nampaknya tidak akan direalisasikan berhubung Badan Pengusahaan (BP) Batam dan PT Adhya Tirta Batam memilih cara lain (teknologi hujan buatan) untuk mengatasi kekeringan yang melanda Batam di awal 2020 ini.
Meskipun rationing dengan skema 5 hari air mengalir dan 2 hari pasokan air dihentikan kepada pelanggan ini tidak jadi dilakukan, penyusutan di waduk-waduk yang ada tetap memberi dampak pada masyarakat.
Aliran air kini tidak lagi normal. Tidak hanya mulai pelan, tetapi sudah tidak mau mengalir di waktu-waktu tertentu. Kondisi ini tidak terjadi di semua daerah memang, ada daerah yang masih tetap mendapat suplai maksimal, tidak berbeda dengan ketika curah hujan berada di kondisi normal.
Di Kelurahan Tanjung Sengkuang, kaum ibu sudah mulai mengeluh. Kran air di tempat mereka biasa mencuci piring tak lagi normal, sering tidak menyala di pagi harinya.
“Kadang putus asa buka kran air,” kata Miranti, warga Kelurahan Tanjung Sengkuang yang ditemui pada Sabtu (14/3).
Dalam keadaan normal, kata ibu dua anak ini, aliran air kran miliknya masih bisa menyala, walaupun memang tidak sekencang pada waktu siang hingga subuh. Namun masih bisa mendukung aktivitasnya mencuci piring, membersihkan ikan dan sayur.
Dalam beberapa waktu belakangan, aktivitas yang biasanya dilakukan pada pagi hari, mulai ia geser menjadi agak siang, menunggu kran meneteskan air.
Perubahan itu diakuinya cukup merepotkan, berbenturan dengan waktu menidurkan dua anak laki-lakinya yang masih kecil.
Namun begitu, Miranti memaklumi kondisi yang terjadi. Kondisi alam yang memang tidak bisa dengan mudah disiasati. Ia berharap kondisi alam kembali mendukung ketersediaan air di Batam, sehingga aliran air di rumahnya kembali normal.
*(Bob/GoWestID)