GOOGLE merayakan ulang tahunnya yang ke-22 pada 27 September 2020 kemarin. Walau familiar bagi pengguna internet masa kini, mungkin belum banyak yang tahu bahwa nama mesin pencari ini sebenarnya berasal dari salah tulis.
Sejarah Google dimulai dari proyek yang dikerjakan oleh Larry Page dan Sergey Brin pada 1996.
Kedua mahasiswa pasca sarjana di Stanford University itu mengembangkan mesin pencari bernama “BackRub”, yang dioperasikan menggunakan server di kampus mereka.
Pada 1997, Larry ingin mengganti BackRub dengan nama lain. Dia pun berdiskusi dengan teman-teman mahasiswa lainnya, termasuk seorang kolega bernama Sean Anderson.
Dari sini muncul usulan nama “Googol”, yakni istilah matematika untuk angka 1 yang diikuti oleh 100 angka nol. Nama ini diambil untuk menjelaskan misi sang mesin pencari sebagai gudang informasi tak terbatas di internet.
Sean kemudian mencari apakah domain “Googol.com” sudah digunakan atau belum. Tapi, dia salah mengetiknya sebagai “Google.com”.
Meski demikian, sebagaimana dikutip dari Business Insider, Minggu (27/9) kemarin, Larry ternyata suka dengan nama “Google”.
Domain Google.com pun ketika itu masih belum dipakai orang lain.
Halaman muka Google tampil bersih sejak kali pertama beroperasi karena dulu kedua pendirinya tidak menguasai bahasa pemrograman HTML.
Page dan Brin juga menginginkan mesin pencari dengan antarmuka yang ringkas. Karena itu, pencarian melalui Google dibuat sederhana. Pengguna cukup menekan tombol Enter setelah memasukkan kata kunci pencariannya.
Hingga kini, 22 tahun setelah pendiriannya, tampilan homepage Google masih bersih, hanya menampilkan logo dan kotak pencarian. Logo tersebut sering dikreasikan sebagai doodle untuk merayakan peristiwa atau tokoh tertentu, seperti pada ulang tahunnya hari ini.
Perkembangan
PADA Februari 1999, startup itu tumbuh pesat. Page pun memindahkan kantornya dari garasi di sebuah kantor baru di Palo Alto, California. Tujuh bulan kemudian, mereka pindah kantor lagi ke Mountain View seiring pertumbuhan bisnis Google.
Pada paruh pertama 1999, popularitas Google melesat. Situasi ini membuat Google membutuhkan pendanaan baru untuk berinvestasi di server maupun sumber daya manusia. Meskipun pada saat itu, Google Google belum menghasilkan uang.
Page dan Brin pun mulai mencari investor baru. Namun Page punya persyaratan, dia dan Brin akan mempertahankan sebagian besar voting stock serta tetap mengontrol penuh Google. Investor setuju, tapi mereka juga punya persyaratan, Page harus turun dari posisi CEO. Dia dianggap belum berpengalaman.
Dengan berat hati, Page setuju dan investasi besar pun berdatangan ke Google. Sejatinya, Page punya sifat suka mengendalikan. Sejak zaman kuliah, teman-temannya mengatakan dia paranoid dan suka mengontrol, dia harus memastikan semuanya dikerjakan dengan tepat dan benar.
Page pun merasa sulit harus melepas posisi CEO karena ia merasa mampu memimpin Google dengan bantuan Brin. Tapi akhirnya Page sadar Google butuh CEO yang sudah berpengalaman dan berstatus kelas dunia, agar terus berkembang. Mereka pun mulai mencari kandidat. Akhirnya yang terpilih adalah Eric Schmidt, mantan CEO Novell.
Schmidt menjadi chairman Google di Maret 2001 dan menjabat CEO bulan Agustus. Rupanya keputusan itu sangat tepat. Schmidt berhasil memimpin Google menjadi perusaahana yang jauh lebih besar dan akhirnya melantai di bursa saham pada Agustus 2004. Jadilah Page dan Brin milarder. Sampai sekarang, mereka berdua masuk jajaran orang terkaya dunia.
Tahun 2011, Schmidt sudah merasa cukup memimpin Google. Larry Page dipandang pantas mengomandoi perusahaannya lagi dan ia pun menjadi CEO kembali. Sedangkan Schmidt menjadi chairman Google.
Kemudian pada tahun 2015, Page dan Brin memutuskan membentuk perusahaan induk Google yang dinamakan sebagai Alphabet. Page menjadi CEO, Brin didapuk jadi Presiden dan Schmidt menjadi Executive Chairman.
Google sendiri dipimpin CEO keturunan India, Sundar Pichai. Alphabet membawahi Google dan perusahaan-perusahaan lainnya seperti perusahaan mobil otonom Waymo.
(*)
Sumber : TechCrunch / Slate / Kompas / Detik