HARGA bahan material rumah terus mengalami kenaikan signifikan. Tapi kenaikan tersebut tidak diimbangi dengan kenaikan harga rumah, khususnya rumah subsidi. Hal tersebut membuat pengembang properti di Batam mendapat untung pas-pasan.
“Karena harga besi naik. Kalau besi sudah naik, maka material lainnya yang juga dari besi ikut naik, seperti engsel pintu, kunci dan lain-lain,” kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) Batam, Achyar Arfan saat dihubungi GoWest Indonesia, Kamis (16/9).
Achyar mengatakan kenaikan harga besi itu, mencapai sekitar 10 persen. Misalnya untuk besi 10 inch, harga sebelumnya yakni Rp 900 ribu per ton. Namun tahun ini, sudah menjadi Rp 1,1 juta per ton.
“Kenaikan ini agak aneh. Karena untuk infrastruktur, hanya pemerintah yang giat membangun dan memang menggunakan semen yang sangat banyak. Sementara swasta itu urung membangun. Selain itu, pasokan besi juga tidak terkendala, tapi mengapa harganya naik. Untuk sementara, saya perkirakan karena inflasi dan juga perubahan kurs Rupiah,” paparnya.
“Sedihnya harga rumah murah tidak naik, jadi ya pengembang untung pas-pasan,” imbuhnya.
Seperti yang diketahui, meski uang muka pembangunan rumah murah hanya 5 persen, tapi harga rumah yang mendapat fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) hanya Rp 156,5 juta per unit. Harga tersebut belum mengalami kenaikan sejak tahun lalu.
Pengembangan rumah murah memang tengah digesa, karena didukung pemerintah. Achyar menyebut, anggaran pemerintah pusat lewat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk membangun rumah murah ini mencapai Rp 18 triliun. Peningkatannya dibanding tahun lalu sekitar 50 persen.
*(rky/GoWest)


