BANK Indonesia (BI) Perwakilan Kepri mencatat temuan uang palsu (upal) terus menurun tiap tahunnya. Penurunan tersebut disebabkan sosialisasi yang rutin dilakukan BI untuk memahami seperti apa keaslian uang Rupiah.
“Penurunan jumlah upal tersebut, karena sosialisasi yang terus dilakukan oleh Bank Indonesia, mengenai uang asli. Selain itu, tujuan dari sosialisasi tersebut untuk menumbuhkan kecintaan kepada mata uang Rupiah,” kata Kepala BI Perwakilan Kepri, Musni Hardi, Senin (22/11).
Tahun ini, jumlah temuan upal mencapai 871 lembar. Jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 987 lembar dan 1.202 lembar di tahun 2019.
Meski sosialisasi terus dilakukan, Musni melihat bahwa sebagian besar masyarakat di Kepri masih belum menyadari akan keaslian uang Rupiah.
Selain itu, cara memperlakukan uang Rupiah juga dinilai masih belum layak, yang dapat membuat uang menjadi lusuh dan tidak mampu bertahan lama.
“Makanya tidak heran, ketika ada penukaran uang di BI, banyak kami temukan uang lusuh yang dicoret-coret, berlubang dan sobek karena lipatan,” tuturnya.
Dan sesuai dengan standar operasi prosedur, uang lusuh tersebut akan dimusnahkan dan diganti dengan uang yang layak edar.
“Berdasarkan data yang ada di kami, jumlah uang lusuh dan tidak layak edar di tahun 2019 diketahui mencapai Rp 1,13 triliun dan Rp 1,15 triliun di tahun 2020. Dan untuk meminimalkkan uang lusuh, BI Kepri terus berkoordinasi dengan seluruh perbankan untuk melaksanakan SOP tingkat kerusakan uang, serta rutin melakukan kas keliling,” terangnya.
*(rky/GoWestId)