FILM garapan MD Pictures KKN di Desa Penari bersaing dengan film produksi Marvel Studios, Doctor Strange in The Multiverse of Madness. Meskipun bersaing dengan film Hollywood, KKN di Desa Penari masih menarik antusiasme penonton film di Indonesia.
KKN di Desa Penari mulai tayang di bioskop pada 30 April, sedangkan Doctor Strange in the Multiverse of Madness diputar sejak 5 Mei 2022.
Persaingan antara produk lokal dan luar negeri kerap terjadi di beberapa industri, termasuk pada dunia perfilman. Persaingan melawan film Hollywood pun seolah jadi momok yang kerap dihindari oleh para produser.
Namun harusnya hal itu tak terjadi lagi jika melihat karya-karya sineas Tanah Air yang layak untuk menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.
Seperti kasus baru-baru ini di mana muncul fenomena dari film horor KKN di Desa Penari yang telah memecahkan rekor sebagai film horor dengan jumlah penonton terbanyak di penayangan pada hari pertama.
Menanggapi hal tersebut CEO MD Pictures, Manoj Punjabi, pun mengaku jika raihan itu telah jadi harapannya sejak ia mengambil proyek tersebut.
“Saya sudah bayangkan dan saya sudah mimpi-mimpi. Saya selalu percaya kalau itu bisa terjadi. Kadang kan kalau kita punya sesuatu yang potensinya besar itu sudah kebaca.”
“Ini sesuai bayangan saya malah harapan saya itu lebih besar dan itu terjadi. Karena ini animonya luar biasa lo. Sampai hari Rabu kita bisa dapat satu hari 525 ribu penonton, itu luar biasa,” ujarnya kala dihubungi detikcom pada Sabtu (7/5/2022).
Padahal KKN di Desa Penari harus bersaing dengan film Doctor Strange in the Multiverse of Madness yang juga sudah lama dinantikan oleh banyak penonton di Indonesia.
Mereka tak hanya mampu bersaing, bahkan pada beberapa daerah film tersebut mampu mengalahkan film garapan Marvel itu meskipun dengan jumlah layar yang lebih sedikit.
Pembagian jumlah layar pun sempat disinggung oleh Manoj, menurutnya ada sebuah ketidakadilan yang terjadi pada karya lokal kala harus bersaing dengan film-film Hollywood.
Bahkan di sebuah bioskop, ia menerangkan jika film Doctor Strange 2 itu diberikan 8 kali penayangan dalam 2 layar sedangkan KKN di Desa Penari hanya 4 kali penayangan di satu layar saja.
“Jadi jam 9 pagi KKN sudah full, Doctor Strange masih ada tempat kosong. Tapi mereka dikasih 2 layar, kita dikasih satu. Itu kan aneh,” ungkapnya.
“Harusnya bela dong film nasional, tapi mereka bilangnya kita mau duit nggak mau pusing. Kalian mau duit boleh tapi KKN kan juga kasih duit. Buat mereka bedanya apa kalau lebih laku KKN atau Doctor Strange? Demandnya lebih tinggi (film KKN) kita ikut demand supply deh, kok supply nya dikurangin. Kenapa? Apa karena ini film Indonesia? Kan harusnya film nasional dibela dong!” tegasnya.
Hal itu pun cukup disayangkan mengingat animo masyarakat yang masih sangat tinggi terhadap film horor tersebut namun mereka kesulitan untuk mengaksesnya akibat pembagian jumlah penayangan dan layar yang kurang berimbang.
Film KKN di Desa Penari diangkat dari utas yang ditulis akun @simpleman yang kemudian dijadikan novel. Film tersebut bercerita tentang 6 mahasiswa yang melaksanakan KKN di sebuah desa terpencil. Nur (Tissa Biani), Widya (Adinda Thomas), Ayu (Aghniny Haque), Bima (Achmad Megantara), Anton (Calvin Jeremy) dan Wahyu (M.Fajar Nugraha) tidak pernah menyangka kalau desa yang mereka pilih ternyata bukanlah desa biasa yang menyimpan misteri hingga mengancam nyawa mereka.
(*)
sumber: detik.com | Kompas.com