SEBAGAI kota industri, Batam memiliki potensi sumber daya manusia (SDM) yang cukup mumpuni. Saat era digital tengah merambah segala lini kehidupan manusia, muncul berbagai kebutuhan baru yang berkaitan dengan teknologi, seperti chip, robot, animasi dan lainnya.
Di sini, peran Politeknik Negeri Batam mengemuka, karena mampu menyediakan prodi yang dibutuhkan untuk mengakomodir pergerakan zaman yang dinamis dengan mencetak SDM yang bernas dan andal di berbagai bidang mulai dari robotik hingga animasi.
GoWest Indonesia berkesempatan mengunjungi Politeknik Batam bersama sejumlah rekan-rekan media dan Asisten Pemerintahan Setdako Batam, Yusfa Hendri.
Rombongan disambut Direktur Politeknik Negeri Batam, Uuf Brajawidagda tepat di depan salah satu gedung baru perguruan tinggi tersebut, yakni Gedung Technopreneur Centre.

Gedung yang baru diresmikan Mei 2022 lalu ini digunakan sebagai pendukung kegiatan belajar di kampus tersebut. Mengadopsi konsep modern, gedung ini memang menjadi tempat belajar yang nyaman buat mahasiswa.
Pantauan GoWest Indonesia, para mahasiswa banyak menempati co-working space di gedung tersebut. Fasilitas yang ada memang dibuat senyaman mungkin, sama seperti di tempat-tempat nongkrong kekinian.
Sejauh mata memandang, ada banyak mahasiswa yang tengah mengerjakan tugas, bercengkerama, numpang wifi, kerja kelompok dan beragam kegiatan lainnya.
Uuf kemudian mengajak kami masuk ke salah satu ruangan kelas. Bentuknya seperti tribun, semakin ke atas semakin tinggi. Nah, sembari rombongan media mengambil tempat duduk, Uuf juga mengambil posisi layaknya dosen.
Mengikuti irama dari proyektor yang menampilkan materi presentasi, ia mulai menjelaskan perihal Politeknik Batam. Katanya, perguruan tinggi ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan industri di Batam yang beragam jenisnya.

“Poltek (nama singkat dari Politeknik Batam) ini didekasikan untuk industri. Salah satunya program D3 Manufaktur Elektronik, yang khusus mempelajari tentang chip,” paparnya.
Menurut pria yang sudah menjabat Direktur Politeknik Batam sejak 2020 ini, dunia saat ini tengah kekurangan chip, begitu juga dengan tenaga ahlinya.
“Itu menjadi salah satu penyebab laris manis anak-anak kami. Dalam waktu dekat, kami mau kirim 35 orang ke Hungaria. Salah satunya ada yang bapaknya buka lapak di Jodoh, nah anaknya dibayar 600 Euro di Hungaria, meski belum lulus,” ungkapnya.
Hingga saat ini, Politeknik Batam memiliki 4 fakultas yakni Electrical Engineering, Informatics Engineering, Mechanical Engineering dan Business Management. Pada tahun ini, jumlah mahasiswa Poltek sudah mencapai 8.400 orang.
Di Fakultas Electrical Engineering terdapat 6 prodi, yakni D3 Electronics Engineering, D3 Manufacture of Electronics, D3 Instrumentation Enginerring, D4 Mechatronics Engineering, D4 Robotics Engineering, D4 Power Plant Technology.
Di Fakultas Informatics Engineering terdapat 6 prodi jurusan, yakni D3 Informatics Engineering, D3 Geomatics Engineering, D4 Multimedia and Networking, D4 Animation, D4 Cyber Security Technology dan D4 Software Engineering.
Lalu Fakultas Mechanical Engineering terdapat 5 prodi jurusan,yakni D3 Mechanical Engineering, D3 Aircraft Maintenance, D3 Ship Design and Construction, D4 Fabrication and Welding Engineering serta Profession Engineer.
Dan terakhir, Fakultas Business Engineering yang memiliki 4 jurusan yakni D3 Accounting, D4 Managerial Accounting, D4 Business Administration dan D4 International Trade Logistics.
“Jurusan Power Plant untuk mempersiapkan tenaga andal di sektor Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang kabarnya akan dibuat di Batam, Mechanical Engineering sangat spesifik untuk industri, Animation untuk Infinite Studio di Nongsa. Jadi Poltek memang berupaya memenuhi kebutuhan industri dan mendukung perkembangan ekonomi Batam,” paparnya lagi.
Setelah mendengar penjelasan dari Uuf, kami kemudian beranjak ke sebuah ruangan di gedung yang sama. Ruangan kali ini lebih mirip bioskop mini.
Di ruangan ini, mahasiswa dari jurusan animasi kemudian memutar sebuah film animasi Ficusia, yang menceritakan tentang kehidupan sebuah pohon dan makhluk-makhluk sekitarnya di hutan fantasi.
“Animasi ini dikerjakan oleh 70 orang mahasiswa. Kami meniru apa yang ada di Kinema Infinite Studio dan dibawa kesini. Jadi ketika mengerjakannya tidak kagok lagi ketika berada di bawah tekanan,” jelasnya.
Selanjutnya, rombongan media dan Yusfa beranjak melihat ruangan lainnya di gedung yang sama. Di ruangan yang tak jauh dari ruangan sebelumnya ini, terdapat sejumlah mesin virtual reality (VR) yang biasa digunakan untuk merancang video games.
Yusfa sempat mencoba salah satu mesin VR. Posisi mesin tersebut vertikal. Ia kemudian diikat dan mengenakan di kepalanya semacam alat simulasi yang berbentuk seperti helm. Pertama-tama, gerakan mantan Kadispar Batam ini terasa kaku, tapi pelan-pelan ia mampu menyesuaikan diri dengan kondisi dunia virtual yang ada di alat simulasi. “Ini sepertinya ada di dunia lain. Kalian tidak nampak lagi,” imbuhnya.
Selain mesin tersebut, juga ada mesin VR yang khusus untuk bermain video games balapan. Bentuknya seperti kursi yang dilengkapi kemudi mobil. Di depannya terdapat 3 layar komputer yang disusun secara melengkung untuk jarak pandang yang lebih luas.
Menjelang tengah hari, kami kemudian beranjak ke gedung lainnya, tepatnya ke Hanggar Politeknik Batam. Di lokasi tersebut menjadi tempat belajar sekaligus praktik mahasiswa Aircraft Maintenance (Perawatan Pesawat).
Pandangan mata pun menyapu ke seluruh hanggar yang cukup luas ini. Ada sejumlah pesawat-pesawat kecil yang menjadi bahan praktikum di hanggar yang dinamai Kokok Haksono Djatmiko ini.
Bangunan hanggar yang berdiri di atas lahan 2500 meter persegi ini dapat menampung satu pesawat jenis Boeing 737 300 atau Airbus 320.

Selain itu, beberapa pesawat ukuran kecil sejenis cessna, sundowner dan navayo sebagai bagian dari fasilitas praktik pembelajaran perawatan pesawat udara untuk mahasiswa.
Bangunan hanggar ini terdiri dari 3 lantai, dilengkapi 10 ruangan workshop atau laboratorium khusus perawatan pesawat udara seperti aircraft system laboratory, general dan sheet metal workshop, composite workshop serta battery shop dan NDT. Ada juga engine and propeller shop, avionic and instrumentation laboratory, electrical and wind tunnel laboratory, hydraulic shop, computer laboratory, 5 ruang kelas serta ruangan penunjang lainnya.
Setelah puas melihat-lihat hanggar, maka tujuan selanjutnya yakni miniatur pabrik manufaktur khusus pembuatan chip. Lokasinya berada di salah satu apartemen yang masih masuk wilayah Politeknik Batam.
Kami hanya bisa melihat dari balik layar kaca mesin-mesin yang memproduksi chip ini. Pantauan GoWest, sebelum masuk ke ruang produksi, para mahasiswa harus mengenakan pakaian khusus yang mampu meredam aliran listrik statis yang ada di tubuh. Selain itu, juga harus menggunakan alat khusus yang mampu menetralkan aliran listrik statis. Listrik sekecil apapun dapat merusak chip.
Uuf bercerita bahwa industri semikonduktor, khususnya pembuatan chip tengah dibutuhkan dunia. Saat ini, negara-negara di dunia membutuhkan chip untuk beragam peralatan elektronik. Chip mulai langka sejak 5 tahun lalu. Menyadari hal tersebut, Politeknik Batam mengembangkan jurusan D3 manufaktur elektronik yang memprioritaskan pembelajaran semikonduktor untuk generasi muda.
“Jadi memang dunia saat ini dipenuhi teknologi digital, misalnya pemrosesan data, sensor, prosesor, semuanya membutuhkan chip. Chip itu ada di semua perangkat digital kita. Ini merupakan pasar besar, sehingga kami bangun kapabilitas di bidang pengembangan chip,” katanya lagi.
Menurutnya, Indonesia merupakan pangsa pasar besar dengan konsumsi chip yang sangat besar. “Mobil listrik itu saja pakai 2 ribu chip. Dengan kebutuhan tersebut, apa kita hanya sebagai pasar saja, atau ikut sebagai pemain. Di Batam sendiri ada industri yang buat chip seperti Infineon dan Excelitas,” tuturnya lagi.

Uuf menambahkan bahwa mahasiswa yang diedukasi di jurusan D3 manufaktur elektronik ini memang didekasikan mendukung industri semikonduktor. “Ini satu-satunya jurusan yang mempelajari chip di Indonesia. Dan untungnya juga sangat diminati,” jelasnya.
Adapun jurusan yang dipersiapkan Politeknik Batam memang khusus untuk menampung kebutuhan industri yang beragam tipenya di Batam. “Ini saat yang tepat untuk bangun SDM berkualitas di bidang semi konduktor. Ini sesuai juga dengan tujuan Pemerintah Kota (Pemko) Batam yang selalu mendukung iklim investasi yang kondusif,” ungkapnya.
Terakhir, kami diajak melihat-lihat kegiatan mahasiswa robotik yang menggeluti jurusan mekatronika di Gedung Utama Poltek. Poltek Batam terkenal sering berprestasi di sejumlah kompetisi robotik baik nasional maupun internasional.
Ada berbagai macam robot yang dikembangkan mahasiswa disini, misalnya robot edukasi, robot yang bisa bermain sepak bola, robot miniatur kapal selam dan lainnya.
Salah seorang dosen pengajar yang juga Wakil Kepala Satuan Hilirisasi Inovasi dan Layanan Usaha Politeknik Negeri Batam, Hendawan Soebhakti mengatakan pola pembelajaran di kampus ini menerapkan sistem Project Base Learning (PBL), dimana mahasiswa dilibatkan untuk menggarap sebuah proyek.
“Pola belajar sekarang sudah berpusat pada mahasiswa, artinya mereka akan lebih aktif. Dengan dasar itulah, kita percaya mahasiswa bisa saling belajar dan dengan cara seperti itu kepercayaan antar orang itu terbangun dan muncul pengetahuan baru,” tuturnya.
Sebelumnya, pola pembelajaran biasa diisi oleh dosen yang ceramah di depan mahasiswa. Tapi cara tersebut tidak efektif apalagi untuk jurusan yang berkaitan dengan teknologi.
“Sehingga pola belajar diubah dengan cara memberikan proyek dan mengerjakan secara tim. Sehingga bukan hanya kemampuan teknis yang meningkat, tapi juga kemampuan bekerja sama, menyelesaikan masalah serta komunikasi,” ungkapnya.
Hendawan menambahkan saat ini di jurusan mekatronika, ada sebanyak 27 proyek yang dikerjakan yang melibatkan sekitar 300 orang mahasiswa kelas pagi dan kelas malam. Satu tim mengerjakan 1 proyek dan 1 problem yang dikerjakan lintas jurusan seperti Engineering maupun Non-Engenering yaitu akuntansi atau manajemen bisnis.
“Pola pembelajaran seperti ini menurut kami baik ini merupakan rujukan dari negera tetangga Singapura dan mereka sudah menjalankan pola seperti ini. Sementara untuk konsep kita adopsi dari MIT tahun 2001 yaitu CDIO Framework, Conceive Design Implement Operate,” paparnya.
Uuf menambahkan secara keseluruhan ada 299 proyek pembelajaran yang tengah dikerjakan mahasiswa Poltek Batam. Dan proyek-proyek tersebut kebanyakan datang dari dunia industri. “Misalnya Sumitomo Batam datang meminta solusi dari persoalannya untuk mengantisipasi dengan cepat barang reject, maka mahasiswa kami akan mengerjakannya. Dengan begitu, mahasiswa jadi cepat berkembang,” tuturnya.
Sementara itu, Asisten Pemerintahan Setdako Batam, Yusfa Hendri mengatakan keberadaan Poltek Batam yang mendukung industri di Batam patut dibanggakan.
“Kita memiliki Poltek Batam, sebuah lembaga pendidikan yang sangat membanggakan. Tidak banyak orang Batam yang tahu bahwa Poltek Batam sudah siapkan prodi yang bisa serap lapangan kerja, seperti pembuatan chip, animasi, dirgantara dan lainnya,” jelasnya.
Apa yang sudah diperbuat Poltek Batam, tidak lain merupakan upaya untuk membuat Indonesia khususnya Batam semakin maju, baik itu SDM-nya maupun iklim dunia usaha (leo).