KALANGAN dunia usaha memberikan apresiasi terhadap pembangunan infrastruktur Batam yang pesat saat ini. Tapi pengusaha melihat bahwa dampak positif dari pembangunan harus didukung regulasi yang mendorong investasi masuk ke Batam, salah satunya yakni kemudahan kepemilikan orang asing terhadap properti di Batam.
“Kami apresiasi pembangunan dan pengembangan infrastruktur. Sebagai pengusaha, kami juga merasakan sebelum sebuah hotel itu jadi, maka yang paling mahal itu memang infrastrukturnya. Hal itu tidak kelihatan, misalnya pasang pipa, drainase dan bangun jalan, disana sangat besar biayanya,” kata Chairman Panbil Group Batam, Johannes Kennedy baru-baru ini.
Kennedy mengungkapkan maksudnya lebih lanjut, yakni ketika pembangunan infrastruktur seperti jalan tengah gencar-gencarnya, maka wilayah di sekitarnya juga harus ikut dibangun, berikut juga regulasi yang mendukung investasi.
“Hal yang penting ini yakni bagaimana mendapatkan implikasi positif dari pembangunan tersebut. Dari pembangunan jalan, tentu berharap orang datang kesini. Tujuan Wali Kota jadi punya manfaat positif untuk pembangunan ekonomi, sehingga bisa dikapitalisasi jadi uang besar,” paparnya.
Sebagai contoh, ia memaparkan tentang kepemilikan asing terhadap properti di Batam. “Kalau produk (regulasi) kita mendukung kepemilikan orang asing, tentu akan lebih besar lagi dampaknya terhadap pemasukan daerah. Ini yang sebetulnya diharapkan,” tuturnya.
Membuka peluang kepemilikan asing terhadap properti di Batam diyakini akan membuka peluang baru peningkatan perekonomian di Batam. “Kalau dari kami sebagai swasta melihat bagaimana harus memperbesar pasar. Melalui regulasi yang ada, kita bundling semua agar bisa beri manfaat ekonomi,” tuturnya.
Meskipun begitu, ada beberapa hal yang dinilai dapat menghambat kepemilikan orang asing terhadap properti di Batam, yakni Indonesia belum membuka sebebas-bebasnya pintu masuk ekspatriat. “Di Malaysia buka sebebas-bebasnya, asal tidak melakukan hal negatif,” jelasnya.
Ia berharap peraturan terkait kedatangan orang asing ke Indonesia, seperti Visa On Arrival (VOA) juga dibuat mudah. Selanjutnya, Kennedy juga membandingkan jumlah ekspatriat di daerah lainnya seperti Bali yang terdapat 30 ribu ekspatriat, lalu Singapura yang ekspatriatnya mencapai 1 juta. Di Batam sendiri baru 5 ribu orang.
“Kalau bisa ini terjaring semua, maka manfaatnya banyak dirasakan. Pelanggan restoran bertambah, pengguna taksi juga, begitu juga pembelian rumah. Jadi, jalan yang sudah dibangun itu tidak hanya digunakan orang untuk bersepeda, tapi bisa dimanfaatkan menjadi hal yang ekonomis,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad mengatakan pembangunan infrastruktur merupakan rencana jangka panjang, yang bertujuan menarik minat investor dan wisatawan mancanegara (wisman) datang ke Batam.
Ia mengambil contoh yakni Bandara Hang Nadim yang kini dikelola oleh PT Bandara Internasional Batam (BIB). “Sebelum ada BIB, di 2019 ada 2 juta kunjungan wisman dan 6 juta kunjungan turis domestik. Kalau BIB sebagai badan usaha bonafit bisa memanajemen bandara, maka akan ada 3 penerbangan internasional. Jadi tidak berlebihan, jika dari 2 juta nanti bisa jadi 5 atau 6 juta wismand atang ke Batam,” jelasnya (leo).