TIDAK hanya Kartini yang berjuang keras agar perempuan bisa mengenyam pendidikan dan berhak menentukan nasib secara mandiri. Perjuangan tim produksi mempersiapkan film ini, terutama dalam menemukan pemeran Kartini, ternyata juga penuh liku.
Diceritakan Hanung Bramantyo dalam acara temu media di XXI Club Djakarta Theater, Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa (21/3/2017), penggarapan film biografi drama Kartini sudah dimulai sejak 2015.
Seperti kelaziman proses kerja film biopic (biography picture), riset sejarah jadi salah satu bagian penting. Oleh karena itu, Legacy Pictures selaku rumah produksi mengirim tim khusus ke Belanda untuk mencari tahu segala bukti arsip berkaitan Kartini.
Merasa sudah cukup mengantongi segala bahan yang dibutuhkannya untuk bekal film ini, Hanung menghentikan proses riset. Agar tidak membuat proses produksi semakin molor.
Film ini awalnya dijadwalkan syuting mulai Desember 2015 untuk memenuhi tenggat penayangan April 2016. Karena berbagai pertimbangan, salah satunya perihal riset tadi, syuting baru berlangsung pada Juli 2016 dan rampung sebulan kemudian untuk mengisi slot tayang 19 April 2017.
“Kami akhirnya sepakat menghentikan riset. Soalnya kalau didalami terus, enggak akan pernah selesai. Riset itu seperti menggali harta karun, semakin kita gali, ketemu semakin banyak,” kata Hanung (41).
Beres masalah riset, giliran tim desain produksi kerja keras membangun set agar menciptakan suasana Jepara akhir abad ke-19 secara autentik. Walaupun enggan menyebut angka, Hanung mengatakan bahwa pengeluaran terbanyak film ini datang dari pos tata artistik.
Sebelum tiba pada keputusan memilih Dian Sastrowardoyo (35) sebagai pemeran Kartini, Hanung sempat mencoba beberapa kadidat lain.
Mengingat sajian utama film ini menggambarkan periode Kartini sebelum menikah alias saat berusia awal 20-an, peraih dua Piala Citra di kategori sutradara terbaik itu sempat mengaudisi beberapa aktris sebaya Kartini atau minimal jarak umurnya tidak terpaut jauh.
Waktu itu kandidat terkuat adalah Maudy Ayunda (22). Sementara Dian mendapat posisi sebagai pemeran Ngasirah sewaktu muda yang sekarang diperankan Nova Eliza.
“Karena awalnya mensyaratkan pemeran Kartini harus muda dan cerdas, kami membidik Maudy. Sudah sempat kami casting. Tapi waktu itu dia tidak bisa bergabung karena harus kembali ke Inggris melanjutkan kuliah,” ungkap Hanung.
Selain Maudy yang lulusan Universitas Oxford, Inggris, Hanung juga mengimpikan formasi awal tiga pemeran utama film yang terdiri dari Kartini-Kardinah-Roekmini juga menyertakan Pevita Pearce sebagai Roekmini.
Alasan pemilihan komposisi itu, kata Hanung, untuk mewakili perempuan pada era masing-masing pemain.
Dian dari kurun awal 2000-an saat film Ada Apa Dengan Cinta laris, Maudy menggambarkan era sekarang, Pevita mewakili era di antara keduanya.
“Ternyata susah mempertemukan ketiga orang itu dalam satu frame, mulai dari kendala jadwal, hingga ego masing-masing,” tutup Hanung.
Untuk menyudahi proses pencarian pemain, diputuskan merekrut Ayushita Nugraha (sebagai Kardinah) dan Acha Septriasa (Roekmini).
Sebagai konsekuensi penunjukan Dian, Hanung menaikkan dua kali lipat usia pemeran dari para tokoh yang mengelilingi Kartini di dunia nyata.
Hasil perhitungan itu kemudian menghasilkan Christine Hakim, Deddy Soetomo, Djenar Maesa Ayu, Adinia Wirasti, Reza Rahadian, Denny Sumargo, dan Dwi Sasono. ***