PADA beberapa daerah di Indonesia, 2023 ini menjadi tahun yang sangat panas melebihi tahun-tahun sebelumnya, yang diduga terkait gelombang panas. Tidak hanya di Indonesia, cuaca panas yang melanda Indonesia disebut juga terjadi di beberapa negara lainnya di Asia.
Fenomena tersebut kerap dikaitkan dengan gelombang panas. Lantas, apakah itu gelombang panas?
Apa Itu Gelombang Panas
Mengutip dari metoffice.gov.uk, gelombang panas merupakan fenomena peningkatan suhu harian dengan biasanya melebihi 35 derajat Celsius, yang terjadi dalam jangka waktu yang relatif panjang dan disertai kelembapan udara yang tinggi.
Besarnya suhu dalam gelombang panas bervariasi dari lokasi ke lokasi, tergantung sebagaimana cuaca “normal” untuk musim tertentu. Hal ini sebagaimana diungkapkan ekonom lingkungan Lan N. Lee dari Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank atau ADB) yang dikutip dari blogs.adb.org.
Melansir dari Tempo, pada 2022 lalu, beberapa negara di Eropa seperti Inggris, Swiss, dan Prancis, dilaporkan dilanda fenomena gelombang panas. Bahkan di Portugal, dilaporkan terdapat lebih dari 1.500 kasus kematian akibat gelombang panas.
Selain menyerang negara-negara Eropa, beberapa negara bagian di Amerika Serikat dan Cina juga dilaporkan menghadapi fenomena serupa. Kini, fenomena gelombang panas tersebut tengah mengancam di kawasan Asia.
Contohnya di Singapura, suhu panas di negara tetangga itu mencapai 37 derajat Celcius pada Sabtu, 13 Mei 2023 lalu. Suhu panas ini menyamai rekor tertinggi selama 40 tahun terakhir, menurut Badan Lingkungan Nasional (NEA).
Dua pekan sebelumnya, Vietnam telah melaporkan rekor suhu tertinggi yang mencapai 44 derajat Celcius. Pakar iklim memperingatkan peristiwa cuaca ekstrem seperti itu akan terus berlanjut. Ilmuwan Vietnam telah memperingatkan bahwa pemanasan global memperburuk cuaca buruk.
Gelombang panas terjadi di wilayah itu di bawah gelombang panas pada April. Negara-negara tetangga juga mencatat rekor suhu tertinggi. Suhu 44,1 derajat Celcius yang diukur di Vietnam pada Sabtu, 6 Mei 2023 memecahkan rekor 2019 sebesar 43,4 derajat Celcius.
Myanmar menjadi negara dengan suhu paling tinggi, yakni 45 derajat celsius. Kemudian diikuti oleh Thailand dan India dengan suhu 44,6 dan 44,5 derajat celsius. Sementara itu, Laos dan Vietnam memiliki suhu 42,4 derajat celcius.
Suhu udara di Nepal mencapai 42,2 derajat celsius, sedangkan China 41,9 derajat celsius. Sedikit melandai, Filipina suhunya 37 derajat celsius dan Singapura 36,7 derajat celsius. Indonesia sendiri berada di urutan ke-11 dengan suhu rata-rata 33 derajat celsius.
Gelombang panas bisa berarti “mematikan” secara harfiah. Seperti di negara bagian Maharashtra, India, setidaknya 13 orang meninggal akibat sengatan panas setelah menghadiri upacara penghargaan negara pada Minggu, 16 April 2023 yang sempat menarik lebih dari satu juta orang pengunjung.
Penyebab Gelombang Panas
Menurut Lee, gelombang panas terjadi ketika ada tekanan tinggi di atmosfer yang memaksa udara panas turun dan menjebaknya di atas tanah. Sistem bertekanan tinggi ini berfungsi seperti kunci yang mencegah udara panas naik. Akibatnya, hujan tidak dapat terbentuk dan udara panas menjadi lebih panas lagi.
Gelombang panas dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori yang berdasarkan intensitas stres panas. Pada umumnya, terdapat tiga kategori gelombang panas yaitu intensitas rendah, parah, dan ekstrem. Gelombang panas intensitas rendah lebih sering terjadi, sementara gelombang panas yang parah dan ekstrem lebih sulit untuk ditangani.
Selain kesehatan, gelombang panas menimbulkan ancaman serius bagi industri pertanian, energi, dan infrastruktur. Lebih dari 6.500 orang meninggal dunia akibat suhu panas di India sejak 2010. Saat serangan panas 2018 di Jepang, tercatat 138 kematian dan lebih dari 70.000 orang memerlukan rawat inap. China pun mengalami panas menyengat pada 2022 lalu yang kemudian disertai banyak laporan kematian.
Hampir setengah pasokan gandum di sejumlah provinsi di India pernah hilang akibat gelombang panas. Gelombang panas juga dapat memicu bencana alam lain seperti kekeringan serta kebakaran hutan yang merusak tanaman dan ternak. Hal itu lantas menyebabkan pasokan yang tak mencukupi, kenaikan harga, hingga kerawanan pangan.
(ham)
Sumber : Tempo | blog.adb | batambuzz