BAGAIMANA seseorang bisa begitu memanjakan burung piaraannya. Memberi makanan terbaik pada burungnya, juga termahal yang bisa dibayarnya. Memberi tempat tinggal termewah. Memandikan dan melatih berkicau saban hari.
Membersihkan beolnya. Merawat dengan sepenuh hati. Hingga lupa apakah dirinya sendiri sudah mandi atau belum? Lupa apa makanan yang dimasukkan mulutnya sebaik yang diberikan burung atau tidak?
Lalu, ketika anaknya datang minta dibelikan buku, atau minta pergi jalan-jalan; dengan wajah memelas sang ayah mengatakan “bapak sik gak punya diut…”
Burung (juga bisa dibaca sebagai tanaman, kamera, pancing, atau hewan piaraan dan hobi lainnya); ironi manusia nomor tiga!
(*)
Penulis/ Vlogger : Sultan Yohana, Citizen Indonesia berdomisili di Singapura. Menulis di berbagai platform, mengelola blog www.sultanyohana.id