KABAR batalnya aksi Aliansi Pemuda Melayu, tak membuat warga Melayu dari berbagai penjuru Batam bergeming. Mereka tetap bergerak dan mulai memadati kawasan Batam Center pada Senin (11/9/2023).
Diperkirakan, jumlah warga ada ribuan orang. Mereka datang dari sejumlah wilayah, bahkan kawasan pulau, dan menuju ke bundaran depan Kantor BP Batam menggunakan kendaraan bak terbuka.
Di depan Gedung BP Batam, ribuan warga Rempang yang tergabung dalam Laskar Pembela Marwah Melayu melakukan unjuk rasa.
Mereka mulai berorasi sejak pukul 10.00 WIB, unjuk rasa berlangsung cukup damai. Bahkan sesekali warga melantunkan Shalawat Nabi untuk meredam sejumlah pendemo berusia muda yang mulai terlihat emosi.
Sementara di sisi lain, ratusan aparat yang terdiri dari Anggota Ditpam BP Batam dan polisi mengawal pintu depan BP Batam. Terlihat sejumlah kendaraan taktis milik aparat keamanan turut dikerahkan.
Tuntutan pendemo tetap sama yakni menolak relokasi, dimana pemerintah menargetkan deadline relokasi pada 28 September 2023.
Para pendemo juga menuntut polisi menarik posko-posko di Rempang, yang keberadaannya dinilai warga makin menimbulkan keresahan dan memunculkan dampak psikologis bagi anak-anak.
Para pendemo ini bukan hanya berasal dari Rempang, tapi juga masyarakat Melayu yang berasal dari luar Batam, seperti dari Pulau Penyengat.
Seperti yang diketahui, proyek pengembangan Rempang Eco-City telah menjadi Program Strategis Nasional (PSN), yang akan mengintegrasikan kawasan industri, pariwisata, energi baru dan terbarukan (EBT) dan lainnya.
Investasi pertama yang akan masuk yakni pembangunan pabrik kaca milik Xinyi Group dari China, dengan nilai investasi Rp 11,5 triliun. Karena investasi hilirisasi pasir kuarsa bernilai besar tersebut, maka warga Rempang yang telah puluhan bermukim di pulau tersebut harus direlokasi ke Sijantung di Pulau Galang dalam waktu dekat ini.
(leo)