A. Hidrologi
- Luas Daerah Tangkapan (km²) : 155,32
- Curah Hujan Tahunan (mm) : 2,000 – 4,000
B. Bendungan
- Type Urugan : Tanah Homogen
- Tinggi di atas Dasar Sungai (m) : 16,00
- Panjang (m) : 200.00
- Lebar Puncak (m) : 8.00
- Elevasi Puncak (m SPB) : +24
C. Waduk
- Tinggi Muka Air Normal (+ m/Ha) : + 10m / 33,53Ha
- Volume Normal (juta m³) : 290.000,00
- Volume Efektif (juta m³) : 724,00
Deskripsi Awal
WADUK/ DAM Duriangkang dibangun oleh BP Batam (Otorita Batam) pada tahun 1990 dan mulai dioperasikan pada tahun 2001. Waduk ini terletak di kelurahan Mukakuning, kecamatan Sei Beduk, kota Batam.
Secara teknis, Waduk Duriangkang memiliki kapasitas tampungan 100,7 juta meter kubik dengan kapasitas air baku 3000 liter per detik.
Data dari Direktorat Pengelola Lingkungan. BP Batam yang dikutip GoWest.ID, saat ini waduk Duriangkang menyuplai kebutuhan air bersih untuk warga di Sei Beduk, Tembesi, Batu Aji, Batam Kota, Lubuk Baja, Bengkong dan Batu Ampar. Waduk ini merupakan waduk buatan terbesar yang ada di Batam. Dibangun dengan membendung laut menjadi danau air tawar.
Sebelum perairan Duriangkang di Pulau Batam dibendung untuk pembangunan bendungan, daerah ini memiliki sejarah dan kehidupan masa lalu tersendiri.
Kehidupan Laut masa lalu di Duriangkang
Masyarakat masa lalu di Duriangkang, hidup dekat dengan laut. Mereka bergantung pada aktivitas nelayan sebagai mata pencaharian utama. Lokasi perairan laut Duriangkang, juga cukup strategis karena berbentuk cekungan seperti teluk. Pada masa konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia era 60-an, kampung Duriangkang, sempat dijadikan basis tentara karena posisinya yang terlindung.
Sebagian masyarakat yang menghuni Duriangkang adalah orang Tionghoa. Ada juga orang Melayu, Bugis serta Jawa. Selain beraktifitas sebagai nelayan dan menjadikan Duriangkang masa lalu sebagai pelabuhan rakyat, mereka juga membuka perkebunan. Ada fasilitas sekolah setingkat yang sempat dibangun pemerintah di kampung Duriangkang masa lalu hingga sebelum ditenggelamkan karena proyek bendungan pada awal dekade 90-an.
Sempat Ada Komunitas dan Perkampungan Sederhana
Warga penghuni kampung Duriangkang masa lalu, memiliki ikatan sosial yang kuat. Mereka hidup dalam rumah panggung tradisional dan menjalani kehidupan yang sederhana.
Dampak Pembendungan dan Relokasi
Ketika proyek bendungan dimulai pada tahun 1990, masyarakat Duriangkang dihadapkan pada perubahan besar. Mereka harus pindah ke tempat lain. Warga juga harus beradaptasi dengan kehidupan mereka yang semula bergantung pada laut sebagai nelayan, berkebun hingga perdagangan tradisional.
Bendungan yang dibangun, kemudian mengubah lanskap dan membawa perubahan mendalam dalam cara hidup mereka. Warga Duriangkang direlokasi ke sejumlah wilayah, terutama kawasan Tanjung Piayu yang berdekatan dengan bendungan. Seiring berjalannya waktu, perairan yang dulu laut, telah berubah jadi danau besar akibat dibendung.
Perubahan dalam Aktivitas Nelayan
Meskipun perubahan besar ini telah terjadi, aktivitas nelayan masih tetap terlihat di perairan Duriangkang yang kini menjadi danau. Namun, sekarang, para nelayan menghadapi perubahan besar dalam mata pencaharian mereka. Mereka beralih menjadi nelayan air tawar, mengejar ikan-ikan yang dapat ditemui di dalam danau bukan di laut seperti yang mereka lakukan sebelumnya.
Peran Waduk Duriangkang dalam Pasokan Air Bersih
Saat ini, waduk Duriangkang digunakan sebagai penyuplai utama kebutuhan air bersih warga Batam. Waduk Duriangkang dikelola oleh SPAM BP Batam, namun sebelumnya, pengelolaannya pernah dikerjasamakan selama 25 tahun oleh PT. ATB Batam. Waduk ini telah menjadi sumber vital dalam memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk Batam, mencerminkan transformasi besar dari perairan menjadi sumber air yang penting bagi wilayah ini.
(ham)
Foto-foto : pengling.bpbatam.go.id