- Hanya 9% partisipan yang puas dengan perluasan jaringan pengisian daya publik di wilayah mereka.
- Ekspektasi jarak tempuh minimum konsumen untuk EV telah meningkat dari 270 mil (435 km) pada 2022 menjadi 291,4 mil (469 km) pada 2024.
- Pembeli EV generasi berikutnya diprediksi akan lebih bergantung pada pengisian daya publik, yang dapat memperparah masalah infrastruktur.
SURVEI terbaru oleh McKinsey & Co menunjukkan bahwa hampir setengah, tepatnya 46%, pengguna kendaraan listrik di Amerika Serikat (AS) ingin kembali ke mobil berbahan bakar bensin. Hasil ini menunjukkan bahwa kepemilikan mobil listrik tidak sepopuler yang dibayangkan, dengan mayoritas pemilik EV di AS tidak berniat membeli EV lagi di masa depan.
Survei yang melibatkan lebih dari 30.000 partisipan dari 15 negara ini mengungkap beberapa faktor utama yang mendorong kekecewaan terhadap EV. Salah satu yang paling krusial adalah keterbatasan infrastruktur pengisian daya publik. Kurangnya stasiun pengisian daya yang memadai membuat pengguna EV kesulitan untuk melakukan perjalanan jauh, dan hal ini menjadi hambatan besar bagi kenyamanan berkendara.
Selain itu, tingginya biaya kepemilikan EV juga menjadi faktor penentu. Harga awal EV yang lebih mahal dibandingkan mobil bensin, ditambah dengan biaya perawatan dan pengisian daya yang potentially higher, membuat EV kurang terjangkau bagi banyak orang.
Faktor lain yang mendorong keinginan untuk kembali ke mobil bensin adalah keterbatasan jarak tempuh EV. Saat ini, banyak EV yang masih memiliki jarak tempuh yang lebih pendek dibandingkan mobil bensin, sehingga tidak ideal untuk perjalanan jauh. Hal ini membatasi fleksibilitas pengguna EV dan membuat mereka merasa tidak nyaman.
Di AS, kekecewaan terhadap EV semakin diperparah oleh lambatnya peluncuran program Infrastruktur Kendaraan Listrik Nasional oleh Departemen Energi. Kurangnya dukungan pemerintah dalam membangun infrastruktur pengisian daya publik membuat transisi ke EV semakin terhambat.
Meskipun terdapat kekhawatiran tersebut, minat terhadap elektrifikasi kendaraan secara keseluruhan menunjukkan sedikit peningkatan. Survei menemukan bahwa 38% pemilik non-EV di seluruh dunia mempertimbangkan untuk membeli mobil plug-in hybrid (PHEV) atau full listrik untuk pembelian berikutnya. Angka ini menunjukkan peningkatan 1% dibandingkan dua tahun lalu.
Survei yang GoWest.ID lansir dari carscoop tersebut, memberikan gambaran yang menarik tentang tantangan yang dihadapi dalam transisi menuju kendaraan listrik. Kekurangan infrastruktur pengisian daya publik, tingginya biaya kepemilikan, dan keterbatasan jarak tempuh menjadi hambatan utama yang perlu diatasi agar EV dapat menjadi pilihan yang lebih menarik bagi konsumen.
(ham)