PULUHAN warga Rempang menggelar aksi damai di depan kantor Wali Kota Batam untuk mengekspresikan penolakan terhadap proyek strategis nasional Rempang Eco City dan reklamasi yang dilakukan pemerintah. Dalam aksi yang berlangsung, mereka meminta perhatian serta dukungan dari Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, dan Wakil Wali Kota, Li Claudia Chandra, yang juga memimpin BP Batam secara ex-officio.
“Sebagai wali kota, kami berharap Bapak berpihak kepada kami,” ungkap salah satu warga saat berorasi di lokasi.
Para peserta aksi membawa berbagai spanduk yang mencolok, seperti “Biar Puteh Tulang, Jangan Putih Mate,” dan “Rempang Menolak Tumbang,” menggambarkan ketidakpuasan mereka terhadap proyek yang dinilai merugikan masyarakat.
Di antara para pendemo, Nenek Awe, seorang warga berusia 67 tahun, yang sebelumnya terlibat dalam bentrokan dengan pihak PT MEG, mengungkapkan harapannya agar pemerintahan yang baru dapat memberikan keadilan bagi masyarakat. “Kami dituduh bersalah padahal kami hanya menuntut hak kami,” katanya.
Meskipun kasusnya telah diselesaikan, Nenek Awe menyesalkan sikap aparat yang dinilai tidak serius dalam menindak pelaku penyerangan terhadap warga saat konflik terjadi.
Sementara itu, warga lainnya, Aris, menyoroti pemindahan Kantor Kecamatan Galang ke Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Pulau Galang. Ia meminta Wali Kota untuk mempertimbangkan pengembalian kantor dan fasilitas pemerintahan ke lokasi semula, mengingat dukungan 84 persen warga Rempang untuk Amsakar dan Li Claudia pada pemilihan kepala daerah lalu.
“Wali Kota baru yang kami pilih harus mendengarkan suara kami,” serunya.
Dalam aksi tersebut, Wadi, seorang warga lainnya, menegaskan bahwa kedamaian di Rempang hanya akan tercapai jika status proyek strategis nasional dicabut. Ia juga mengkritik pernyataan Menteri Transmigrasi, Muhammad Iftitah Sulaiman, yang menyebut relokasi warga sebagai transmigrasi lokal.
“Menteri tidak mendengarkan keluhan kami. Kami tidak akan terpedaya dengan istilah yang halus,” tegasnya.
Wadi menekankan harapan agar Presiden Prabowo Subianto dapat melihat langsung kondisi mereka dan memenuhi janji untuk berjuang demi rakyat. “Kami siap berjuang untuk Bapak,” tutupnya.
Aksi ini menunjukkan ketegangan yang terus berlangsung antara masyarakat Rempang dan pemerintah terkait proyek yang dianggap mengancam keberadaan mereka.
(sus)


