PULAU Pemping, Belakang Padang, Kota Batam akan dijadikan oleh pemerintah pusat tempat pembangunan kilang minyak berkapasitas 500 ribu barel per hari.
Rencana tersebut disampaikan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung kepada sejumlah awak media di kantor Kementerian ESDM, Jakarta.
“Akan dibangun di Pemping, dekat Batam,” kata Yuliot di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (6/3/2025).
Melansir warta ekonomi.co.id, Kilang ini diharapkan mampu memproduksi berbagai produk minyak bumi, termasuk bahan bakar minyak (BBM), dengan kapasitas produksi mencapai 531.500 barel per hari.
Hal ini diharapkan dapat memperkuat pasokan energi nasional, sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor.
Proyek ini berpotensi menghemat hingga 182,5 juta barel minyak per tahun, yang setara dengan penghematan sebesar USD 16,7 miliar. Selain itu, proyek ini juga diperkirakan akan menciptakan peluang kerja yang signifikan, dengan 63.000 tenaga kerja langsung dan 315.000 tenaga kerja tidak langsung.
Yuliot menjelaskan bahwa Pulau Pemping dipilih karena sudah memiliki infrastruktur pendukung, termasuk jaringan pipa gas yang telah terpasang.
“Jadi kan infrastruktur untuk gas, itu kan pipanya kan sudah ada di Pulau Pemping. Ya kemudian rencana oil storage-nya itu kan akan dibangun di Pulau Nipah. Itu kan lokasinya berdekatan. Jadi ini merupakan bagian satu ekosistem yang jadi satu kesatuan,” lanjut Yuliot.
Selain membangun kilang minyak, Pemerintah juga berencana membangun crude oil storage di Pulau Nipa, Kepulauan Riau, guna meningkatkan ketahanan minyak nasional hingga 30 hari.
”Itu (oil storage) akan kita bangun di salah satu alternatifnya di Pulau Nipa (masih di wilayah Batam),” tutupnya.
Sebagaimana diketahui, rencana pembangunan kilang minyak ini disampaikan oleh Ketua Satuan Tugas (Satgas) hilirisasi yang juga sekaligus Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (3/3/2025).
Bahlil menyebut pembangunan kilang ini merupakan salah satu proyek yang didanai oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) dengan investasi yang dibutuhkan diperkirakan mencapai USD 12,5 miliar. (*)