KEPALA Dinas Pendidikan (Disdik) Batam, Hendri Arulan menyebut Batam masih kekurangan tenaga guru. Meski belum memiliki angka pasti mengenai jumlah, pendataan sedang dilakukan oleh Bidang Tenaga Pendidik Disdik.
“Masih dalam pendataan, jadi saya belum bisa mengungkapkan total kekurangan guru di Batam,” ujar Hendri.
Dia menambahkan, fenomena kekurangan guru ini bukan hanya terjadi di Batam, tetapi juga merupakan masalah nasional yang mencakup hampir seluruh daerah di Indonesia. Di Batam, solusi sementara yang diambil adalah menambah jam mengajar untuk guru tertentu.
“Untuk guru bidang studi, sejatinya tidak kurang, yang kurang adalah jam mengajar,” jelasnya.
Hendri menjelaskan bahwa banyak sekolah negeri di Batam menerapkan sistem pengajaran dua shift. Hal ini menyebabkan beberapa sekolah memiliki lebih dari lima rombongan belajar (rombel) untuk satu tingkat, bahkan hingga sepuluh rombel.
“Salah satu contohnya, di sekolah dengan 60 rombel hanya ada dua guru bahasa Indonesia,” kata Hendri.
Contoh lain di Sekolah Menengah Pertama (SMP) menunjukkan satu tingkat dengan 10 rombel, sehingga totalnya mencapai 30 rombel.
“Bayangkan jika hanya ada dua guru bahasa Indonesia,” tambahnya.
Meskipun untuk mata pelajaran seperti olahraga, agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) masih bisa dilayani dengan dua guru, Hendri menegaskan bahwa untuk bidang studi seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika, jumlah jam pelajarannya sangat tinggi.
“Jadi, dua guru untuk 30 rombel jelas tidak cukup,” tegasnya.
Sebagai langkah penanggulangan, Hendri meminta kepala sekolah yang menerapkan pembelajaran dua shift untuk merumuskan kebijakan, di mana guru yang mengajar hingga sore tidak lagi mengajar di pagi hari keesokan harinya.
“Kita minta kepala sekolah untuk menyusun strategi agar guru memiliki waktu istirahat di pagi hari dan dapat menyiapkan bahan ajar di siang hari,” katanya.
Di tempat terpisah, Bobor Hehe Tua, Kepala SMP Negeri 27 Sagulung, mengungkapkan bahwa sekolahnya kekurangan tiga guru. Kekurangan ini disebabkan oleh banyaknya rombongan belajar, dengan 10 rombel untuk satu tingkat.
“Kami memiliki total 30 rombel, dan inilah yang menyebabkan kekurangan guru,” ungkap Bobor.
(ham/tribunbatam)