SEPANJANG Rabu (15/10/2025) kemarin, saya diorder menjepret dua even sekaligus. Sepanjang siang hingga sore, saya kudu mendokumentasi semua kegitan team-building sebuah perusahaan multinasional. Karyawannya kebanyakan etnis China. Putih-putih, tentu saja kulitnya. Ada bulenya sih, satu, yakni si bos. Juga satu pegawai India. Malam harinya, saya diminta untuk menjepret sebuah acara tradisional India.
Oleh: Sultan Yohana
SINGKAT kata, nyaris seribu foto kudu saya edit, sepanjang Kamis ini. Setelah mengedit nyaris 700 foto yang rata-rata obyeknya adalah orang China yang berkulit putih, giliran kemudian saya kudu mengedit lebih dari 300 foto-foto dari acara orang India.
Mungkin karena kontras kedua foto yang saya edit, “white balance” mata saya seperti ikut eror. Tanpa sadar, saya “memutihkan” beberapa foto awal dari acara tradisional, dan menganggap banyak foto di acara malam under exposure semua.
Akhirnya baru tersadar, lha kan, yang saya foto orang-orang India, yang warna kulitnya berbeda dengan orang China. Mungkin, setelah 700 foto awal teredit, mata saya memberikan “cintra image” pada otak saya, bahwa yang ideal adalah yang berkulit mulus nan putih-nya orang China.
Untung segera tersadar! Ini bukan rasis ya! Mungkin karena di satu momen, otak dan seluruh perhatian saya tertuju pada 700 foto yang baru saya edit.
Begitulah memang, rutinitas, kerapkali bisa menumpulkan akal sehat. Sering-seringlah melakukan hal tak rutin di antara rutinitas sehari-hari. Agar sehat jiwa dan raga.
Jika sehari-hari otak Anda selalu disuapi berita-berita dari tik-tok, Facebook, atau instagram; sesekali bacalah Majalah Tempo, Four-four-Two, The New York Times! Biar tak mengira semua jurnalis sebrengsek jurnalis Trans7 yang menghina kyai itu. Sebagaimana mondok pesantren yang butuh biaya, mengkonsumsi produk jurnalistik yang bermutu juga perlu mengeluarkan uang. Agar otak kita kenyang dengan informasi baik dan bermutu.
Seperti “white balance” mata saya yang tiba-tiba eror karena baru saja mengedit 700 foto; otak kita juga bisa tumpul karena mengkonsumsi SAMPAH! Dan di jaman media sosial ini, sumber sampah itu ada di mana-mana!
Catatan foto: contoh foto yang white balance-nya incorrect/amburadul. Kamera biasanya mengkalkulasi cahaya yang dominan, dan bekerja berdasarkan itu. Itu kenapa, mata pemberian Gusti Allah, adalah sehebat-hebatnya kamera yang tak perlu disetting white balance-nya.
(*)
Penulis/ Vlogger : Sultan Yohana, Citizen Indonesia berdomisili di Singapura. Menulis di berbagai platform, mengelola blog www.sultanyohana.id