PEMERINTAH Malaysia dikabarkan akan melakukan pemeriksaan tahap empat untuk produk makanan impor dari Jepang. Kebijakan itu dilakukan menyusul rencana pelepasan air limbah radioaktif Fukushima yang telah diolah pada Kamis, 24 Agustus 2023.
Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Muhammad Radzi Abu Hassan dalam keterangannya di Putrajaya seperti dilansir dari Bernama, Rabu (23/8/2023), mengatakan, Kementerian Kesehatan Malaysia (KKM) melalui Bagian Keamanan dan Kualitas Makanan telah melakukan pemantauan atas produk makanan yang diimpor dari Jepang sejak Mei 2011 hingga April 2012.
Selain itu, ia mengatakan, ada pula program khusus dilakukan pada 2019 di mana 102 sampel produk dianalisis dan tidak melebihi kadar yang ditetapkan.
Dengan adanya pemberitahuan rencana pelepasan air limbah radioaktif Fukushima, maka pemeriksaan tahap empat akan dijalankan di pintu masuk negara terhadap produk makanan berisiko tinggi yang diimpor dari Jepang. Hal itu dilakukan untuk menganalisis kandungan bahan radioaktif.
Berdasarkan data KKM, pada periode 2022 hingga Juni 2023, produk makanan laut menjadi di antara yang tertinggi diimpor dari Jepang, disusul dengan produk buah-buahan, sayuran dan selebihnya merupakan makanan dan minuman diproses dengan nilai keseluruhan lebih dari 880 juta ringgit (sekitar Rp2,891 triliun).
Ia mengatakan KKM paham akan keresahan konsumen terkait isu tersebut. Karenanya pemantauan di pintu masuk negara dan pasar di dalam negeri dilakukan untuk memastikan keamanan makanan tetap terjamin.
Pemerintah Jepang mengumumkan mulai membuang air limbah radioaktif yang telah diolah dari PLTN Fukushima ke laut pada 24 Agustus 2023.
Persiapan pembuangan air radioaktif tersebut dilakukan oleh Tokyo Electric Power Company (TEPCO) yang mengelola PLTN Fukushima Daiichi.
Dalam pengumuman tersebut Pemerintah Jepang mengatakan jika terjadi tingkat radioaktivitas melebihi standar, maka Mereka akan mengambil tindakan yang tepat, termasuk tidak membuang atau menghentikan pelepasan.
Pemantauan melibatkan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) di wilayah laut secara berlapis, termasuk dengan pemantauan air yang diolah dalam tangki, pemantauan real-time.