KEPALA Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Rohina, menargetkan pada tahun 2024 angka kasus stunting pada balita di Kota Batam turun menjadi nol persen.
Menurut Rohina, berdasarkan data Elektronik-Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGM) bahwa saat ini angka kasus stunting di Kota Batam sudah turun menjadi 2,4 persen dari 6,2 persen pada Februari 2022.
“Hari ini hasil pengukuran seluruh bayi balita itu angkanya 2,4 (persen) tadi (angka kasus stunting-nya). Sehingga kami harapkan di tahun 2024 jangan ada lagi bayi yang stunting,” kata Rohina di Batam, Selasa (18/10/2022).
Selaku pemimpin pelaksanaan percepatan penurunan stunting, BKKBN bekerja sama dengan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) melakukan pendampingan kepada keluarga-keluarga dengan risiko stunting guna mempercepat penurunan angka kasus stunting.
Selain itu, BKKBN dengan dukungan dari tim pakar melakukan audit untuk mengidentifikasi faktor risiko dan penyebab stunting guna menentukan strategi deteksi dini dan intervensi yang tepat guna menanggulangi stunting.
“Misalnya anak itu masuk kategori stunting karena apa, apakah karena makanan yang kurang atau karena kesehatannya. Nanti ada tim pakar yang audit terkait kondisi anak tersebut,” kata Rohina.
Ia menambahkan, bayi yang diindikasikan memiliki risiko mengalami stunting berat badan baru lahirnya di bawah 2,5 kilogram, panjang badannya kurang dari 48 cm, serta pertumbuhannya tidak optimal.
Menurut dia, pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi pada 1.000 hari pertama kehidupan sangat penting dalam upaya pencegahan stunting.
“Sejak pembuahan sel telur dan sperma sampai (bayi) usia dua tahun, ini yang harus kita pantau dalam pemenuhan asupan gizi anak kita,” demikian Rohina.
(*)
Sumber: Antara