PROYEK pengembangan bundaran Bandara Hang Nadim, sudah dirancang sejak beberapa tahun lalu. Desain pengembangannya sendiri sudah diperoleh melalui sayembara yang digelar sekitar dua tahun lalu.
Dosen Arsitektur Universitas Multimedua Nusantara (UMN), Rizki Tridamayanti Siregar dan Alumni Arsitektur UMN 2016, Scientia Sacra adalah orang yang berhasil memenangkan sayembara desain tersebut.
Mereka berhasil meraih juara pertama dengan mengangkat desain bertajuk “Layar Terkembang”.
Keduanya menyisihkan 32 peserta sayembara lain yang ikut saat itu. Fokus sayembara yang digelar saat itu adalah bagaimana mendorong peserta untuk membuat desain yang ramah lingkungan dan merepresentasikan nilai sosiologi masyarakat Batam.
“Lokasi taman yang disayembarakan persis berada di pintu masuk Bandara Hang Nadim. Taman ini yang akan pertama dan terakhir dilihat jika mengunjungi kota Batam. Karena itu, BP Batam sebagai penyelenggara ingin membangun sesuatu yang ikonik, yang benar-benar merepresentasikan kota Batam,” papar Rizki di laman website kampusnya.
Rizki mengatakan desain “Layar Terkembang” ini terinspirasi dari bentuk kapal layar. Menurutnya, bentuk kapal layar ini dapat merepresentasikan budaya melaut dari leluhur penduduk Batam. Selain itu, pilar-pilar pada desain “Layar Terkembang” ini juga mengusung konsep yang ramah lingkungan.
“Dengan elastisitas dan kekuatan yang tinggi, pilar akan berayun jika tertiup angin. Energi angin ini akan diubah menjadi energi listrik dengan sistem piezoelektrik dan dipakai untuk menghidupkan lampu LED pada taman,” jelas Rizki.
Di samping itu, Rizki juga memaparkan nilai filosofis yang terkandung melalui pilar-pilar itu. Ia mengatakan kumpulan pilar-pilar pada desain “Layar Terkembang” ini menyimbolkan keragaman masyarakat di Batam. Keragaman ini terdiri dari latar belakang, suku, agama, ras, dan adat yang berbeda, tetapi tetap satu padu. Selain itu, bentuk pilar yang menjulang ke atas juga merepresentasikan semangat masyarakat Batam yang pantang mundur membangun kotanya. Rizki mengungkapkan hal ini seperti pepatah yang berbunyi, “Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang.”
Untuk kedepannya, Rizki mengatakan bahwa pemenang akan dilibatkan dalam pengembangan perancangan untuk implementasi proyek ini yang diselenggarakan oleh Pusat Perencanaan Program Strategis Badan Pengusahaan (BP) Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam. Ia pun berharap “Layar terkembang” ini bisa menjadi sebuah simbol di Batam.
“Simbol yang memadukan kearifan para leluhur dalam memanfaatkan alam sebagai sumber pengetahuan, juga penghidupan. Sebuah icon landmark masa depan kota Batam yang dinamis, responsif, berkelanjutan, dan inovatif. Namun, masih berakar pada budaya lokal,” katanya.
(sus)
Artikel dan informasi lain dari BatamBuzz, bisa disimak di : www.batambuzz.com