Hubungi kami di

Khas

Geliat Film Pendek di Batam

Terbit

|

Ilustrasi : © behance.net

PERANGKAT memudahkan banyak hal. Produk yang dulu terasa ekslusif dan hanya bisa digarap segelintir orang, kini sudah bisa dikerjakan massal.

Film contohnya. Perkembangan perangkat dan era keterbukaan, membawa banyak hal positif untuk kegiatan rekam merekam itu.

Secara nasional, dulu kita cuma mengenal piala Citra sebagai ajang penghargaan bergengsi untuk para sineas nasional. Kemudian berkembang. Para sinematografi juga bisa merasakan kebanggaan menjadi pemenang di ajang-ajang lain.

Ada festival film Bandung dan beberapa festival film lain yang digarap untuk memberi apresiasi terhadap perkembangan film nasional.

Yang tak kalah seru adalah mulai bermunculannya sineas-sineas indie yang memproduksi film-film pendek.

Motivasinya juga makin beragam.

Dari sekedar hobi, pelampiasan ide kreatif, komersil hingga menjadi corong untuk menyampaikam paham atau keyakinan. Film memang efektif untuk hal itu karena menggabungkan kemampuan visualisasi dan audio yang  bisa dikemas dalam tema-tema spesifik, sesuai keinginan.

Perkembangan dan booming film di Indonesia

Perfilman Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan sempat menjadi raja di negara sendiri pada tahun 1980-an, ketika film Indonesia merajai bioskop-bioskop lokal.

Film-film yang terkenal pada saat itu antara lain, Catatan si BoyBlok M dan masih banyak film lain. Bintang-bintang muda yang terkenal pada saat itu antara lain Onky Alexander, Meriam Bellina, Lydia Kandou, Nike Ardilla, Paramitha Rusady.

Pada tahun-tahun itu acara Festival Film Indonesia masih diadakan tiap tahun untuk memberikan penghargaan kepada insan film Indonesia pada saat itu.

Tetapi karena satu dan lain hal perfilman Indonesia semakin jeblok pada tahun 90-an yang membuat hampir semua film Indonesia berkutat dalam tema-tema yang khusus orang dewasa. Pada saat itu film Indonesia sudah tidak menjadi tuan rumah lagi di negara sendiri. Film-film dari Hollywood dan Hong Kong telah merebut posisi tersebut.

Hal tersebut berlangsung sampai pada awal abad baru, muncul film Petualangan Sherina yang diperankan oleh Sherina Munaf, penyanyi cilik penuh bakat Indonesia.

Film ini sebenarnya adalah film musikal yang diperuntukkan kepada anak-anak. Riri Riza dan Mira Lesmana yang berada di belakang layar berhasil membuat film ini menjadi tonggak kebangkitan kembali perfilman Indonesia. Antrian panjang di bioskop selama sebulan lebih menandakan kesuksesan film secara komersil.

Setelah itu muncul film film lain yang lain dengan segmen yang berbeda-beda yang juga sukses secara komersil, misalnya film Jelangkung yang merupakan tonggak tren film horor remaja yang juga bertengger di bioskop di Indonesia untuk waktu yang cukup lama.

Selain itu masih ada film Ada Apa dengan Cinta? yang mengorbitkan sosok Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra ke kancah perfilman yang merupakan film romance remaja.

Sejak saat itu berbagai film dengan tema serupa yang dengan film Petualangan Sherina (film oleh Joshua, Tina Toon), yang mirip dengan Jelangkung (Di Sini Ada SetanTusuk Jelangkung), dan juga romance remaja seperti Biarkan Bintang MenariEiffel I’m in Love. Ada juga beberapa film dengan tema yang agak berbeda seperti Arisan! oleh Nia Dinata.

Selain film-film komersil itu juga ada banyak film film nonkomersil yang berhasil memenangkan penghargaan di mana-mana yang berjudul Pasir Berbisik yang menampilkan Dian Sastrowardoyo dengan Christine Hakim dan Didi Petet. Selain dari itu ada juga film yang dimainkan oleh Christine Hakim seperti Daun di Atas Bantal yang menceritakan tentang kehidupan anak jalanan.

Tersebut juga film-film Garin Nugrohoyang lainnya, seperti Aku Ingin Menciummu Sekali Saja, juga ada film Marsinah yang penuh kontroversi karena diangkat dari kisah nyata.

Selain itu juga ada film film seperti BethNovel tanpa huruf RKwaliteit 2 yang turut serta meramaikan kembali kebangkitan film Indonesia. Festival Film Indonesia juga kembali diadakan pada tahun 2004 setelah vakum selama 12 tahun.

Saat ini dapat dikatakan dunia perfilman Indonesia tengah menggeliat bangun.

Masyarakat Indonesia mulai mengganggap film Indonesia sebagai sebuah pilihan di samping film-film Hollywood.

BACA JUGA :  Ada yang Baru di Pantai Teluk Angin

Walaupun variasi genre filmnya masih sangat terbatas, tetapi arah menuju ke sana telah terlihat. Titik balik perfileman Indonesia adalah pada tahun 2016. Dimana dari 15 film dengan jumlah penonton paling banyak pada tahun itu mampu menembus Daftar 100 film Indonesia terlaris sepanjang masa.

Lengkap dengan pemecahan rekor penonton terbanyak yang di pegang film Laskar Pelangi selama 8 tahun oleh Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1.

Kebangkitan perfileman Indonesia terus berlanjut di tahun 2017, setelah memecahkan berbagai rekor di tahun 2016, Danur menjadi tolak ukur baru film bergenre horor yang sudah lama tak diminati masyarakat dan menjadi film horor terlaris sepanjang masa yang sebelumnya di pegang oleh Tali Pocong Perawan.

Film Pendek

Film Pendek atau Short Movie adalah sebuah video drama berdurasi pendek yang biasanya dikemas dengan durasi antara 3 sampai 15 menit.

Seperti film layar lebar, short movie juga mempunyai banyak genre seperti horor, action, romance, dan lainnya.

Munculnya YouTube di internet, membuat banyak film maker mengupload film pendek karyanya di channel YouTube. Nggak mau ketinggalan, para YouTubers Indonesia pun mulai sering mengupload film – film pendek di channel mereka.

Menonton film pendek, ternyata tidak kalah seru dibanding nonton berjam-jam film panjang box office.

Kita bisa menyimak bagaimana sutradara dan kreator cerita mesti memantapkan pesan dan elemen ceritanya dalam durasi yang lebih minim.

Film pendek bukan sekedar film panjang yang diringkas. Sejak sempat dipopulerkan juga oleh Charlie Chaplin, film pendek menawarkan cara bertutur dan bahasa sinema yang baru dan punya ciri khasnya sendiri.

Kebanyakan mengusung plot yang sederhana, tapi ada juga yang mencoba membawakan kisah dengan sentuhan fantasi atau berangkat dari peristiwa-peristiwa besar.

Kreativitas benar-benar diuji untuk bisa memikat penonton dengan durasi tidak seberapa.

Geliat film pendek di Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak sineas muda yang menelurkan karya-karya menakjubkan. Ganjarannya pun ialah deretan prestasi di ranah lokal maupun Internasional, dibuktikan dengan raihan penghargaan dari festival dunia bergengsi.

Contohnya film pendek Maryam ini.

Berdurasi 17 menit, Maryam mengusung tokoh seorang perempuan muslim yang mulanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga, namun berakhir terjebak dalam ritual rohani agama lain bersama penderita autisme.

Pergolakan batin menjadi konflik yang dieksplorasi dalam Maryam. Tahun 2014 lalu, film arahan Sidi Saleh ini sempat meraih prestasi prestisius, yakni memenangkan kategori film horizon pendek yang jenis ceritanya belum pernah ada sebelumnya pada gelaran ke-71. Itu merupakan salah satu festival film tertua di dunia, Venice International Film Festival.

Rahasianya, Maryam dipandang sukses menyajikan kecenderungan estetika dan ekspresi anyar di percaturan sinema dunia.

Film Pendek di Batam dan Kepri

GELIAT film bersetting lokal Batam dan Kepulauan Riau,  paling tidak ikut memberi peran terhadap perkembangan film-film pendek yang banyak bermunculan di Batam tahun-tahun terakhir ini.

Tahun 2009 misalnya. Sebuah layar lebar berjudul Mata Pena Mata Hati Raja Ali Haji, menjadi film Indonesia bersetting lokal Kepulauan Riau yang dirilis secara nasional pada 2 Mei 2009.

Sutradaranya Gunawan Paggaru dan dibintangi oleh Alex Komang, Henidar Amroe, Cok Simbara, Andi Anhar Chalid, dan Teja Alhabd.

Film ini mengangkat perjalanan kesusastraan Melayu. Menampilkan tiga sekuel: masa Raja Haji Fisabilillah (kakek Raja Ali Haji), masa Engku Putri Raja Hamidah, dan masa Raja Ali Haji.

BACA JUGA :  Tarif Layanan Pelabuhan Turun

 Tema lokal yang diangkat dalam film itu, membuka mata para penggemar sineas di Batam dan Kepri untuk menggarap tema-tema yang lain secara independen.

Aura dan geliat perfilman di Batam, terutama film-film pendek juga tidak bisa dilepaskan dari keberadaan sebuah studio animasi berkelas dunia yang ada di kota pulau ini.

Ya, sejak kurang lebih 13 tahun terakhir, Batam sebenarnya memiliki sebuah studio animasi yang berkelas dunia.

Studio tersebut bernama Infinite Frameworks (IFW) Studios, atau dikenal dengan Infinite Studios.

Berdiri pada tahun 2005, studio yang berlokasi di pula Batam ini telah menjadi pemain penting dalam ranah Industri Asia Tenggara.

Seiring perkembangan industri perfilman, Infinite Studios yang sebelumnya berfokus pada ranah animasi kini mulai merambah ke ranah perfilman yang lebih luas, yaitu film-film dan serial live-action. Pada tahun 2011, Infinite Studios berpindah lokasi di area dekat resort pantai Turi yang masih di pulau Batam.

Di tempat baru tersebut, Infinite Studio menjadi sebuah kompleks terpadu yang mempunyai studio-studio buatan untuk kepentingan syuting film ataupun serial live-action.

 Setelah itu Infinite Studios juga mempunyai fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk masa-masa pasca produksi.

Selama meramaikan industri perfilman Asia dan dunia, Infinite Studios mempunyai berbagai capaian dan keunikan tersendiri. Mulai dari film Hollywood yang syuting di Batam, pujian mantan Presiden SBY, hingga talenta lokal Indonesia yang banyak terlibat di dalamnya.

Karya-karya yang dihasilkan di Infinite studio tersebut, sedikit banyak juga menggugah anak-anak muda di Batam untuk bisa mengikutinya.

Apalagi di zaman instan dengan tawaran berbagai perangkat produksi film yang bisa diperoleh secara massal di kota industri ini, ikut mempercepat perkembangan film bergenre lokal Batam dan Kepri.

Durasinya juga dibuat lebih pendek sehingga fleksibel untuk ditampilkan dalam media sosial. Tidak melulu melalui layar lebar di bioskop-bioskop terkenal.

Tahun 2014, geliat perkembangan film pendek di Batam sudah terlihat.

Laman Republika misalnya, merilis informasi tentang aktifitas para siswa, mahasiswa dan penggemar film pendek di Batam yang mengikuti sebuah lomba.

40 karya film pendek dari pelajar, mahasiswa dan komunitas di Batam masuk penjurian dalam lomba film pendek yang dilaksanakan oleh BKKBN Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) di Studio Film Plaza Batamindo, Kota Batam, Sabtu (13/12/2014).

“Ada 40 karya kreatif yang ditampilkan untuk mengimplementasikan jati diri remaja-remaja di Provinsi Kepri. Meskipun dilaksanakan di Kepri, ini menjadi yang pertama di Indonesia,” kata Kepala BKKBN Perwakilan Kepri, Sugiyono saat itu.

Tujuan kegiatan tersebut, adalah menggali kreatifitas generasi muda dalam bidang positif dengan karya-karya yang mengedukasi masyarakat khususnya mengenai tema kependudukan.

Tahun-tahun kemudian, makin banyak bermunculan sineas-sineas muda di Batam dan Kepri yang memproduksi film-film bergenre lokal Batam.

Contohnya film pendek berjudul “Baper | Cinta untuk Sahabat” karya dari Majelis Ta’lim Mushala An Nahdah Mukakuning, Batam ini. Film pendek ini mulai dipublikasi di jejaring sosial berbagi video youtube sejak Februari tahun lalu.

Ajang untuk menghargai karya mereka juga semakin banyak dibuat. Mulai dari yang diselenggarakan oleh instansi atau badan usaha tertentu dengan syarat mengikuti sesuai tema yang mereka buat, hingga ajang apresiasi independen yang diselenggarakan sebagai bentuk idealisme dan dukungan terhadap perkembangan film pendek. Khususnya di kota ini.

Nah, kamu punya bakat atau ketertarikan dalam pembuatan film? Tunggu apa lagi. Buat ceritanya, angkat kameramu dan berproduksilah!

Dunia menunggu hasil karyamu dari Batam!

(*)

Advertisement
Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Sebaran

Facebook

[GTranslate]