INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah ke level 6.615, turun 47,23 poin atau minus 0,71 persen pada perdagangan Selasa (14/12).
Sementara itu, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 14.324 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Selasa (14/12) sore. Mata uang Garuda menguat 6 poin atau 0,05 persen dari Rp 14.330 per dolar AS dibanding pada Senin (13/12).
Dikutip dari CNN Indonesia seperti dilansir RTI Infokom, investor melakukan transaksi sebesar Rp 11,25 triliun dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 21,85 miliar saham. Sementara pelaku pasar asing mencatatkan jual bersih atau net sell di seluruh pasar sebesar Rp 270,87 miliar.
Pada penutupan kali ini, 171 saham menguat, 353 terkoreksi, dan 153 lainnya stagnan. Terpantau, sepuluh dari sebelas indeks sektoral melemah, dipimpin oleh sektor teknologi sebesar minus 1,90 persen.
Di bursa asing, mayoritas bursa saham Asia nampak memerah. Tercatat, indeks Nikkei 225 di Jepang turun 0,72 persen, indeks Hang Seng Composite di Hong Kong turun 1,69 persen dan indeks Kospi di Korea Selatan turun 0,46 persen.
Sama seperti Asia, bursa saham Eropa juga kompak melemah. Terpantau, indeks FTSE 100 di Inggris turun 0,83 persen, indeks CAC 40 di Prancis turun 0,70 persen, dan indeks DAX di Jerman turun 0,01 persen.
Pelemahan juga disusul oleh bursa Amerika. Indeks S&P; 500 turun 0,91 persen, indeks NYSE turun 0,81 persen, sementara indeks NASDAQ turun 1,39 persen.
Sementara itu, rupiah menguat bersama yuan China 0,08 persen dan baht Thailand 0,01 persen. Sedangkan mata uang Asia lainnya terperosok ke zona merah.
Ringgit Malaysia melemah 0,18 persen, rupee India minus 0,15 persen, yen Jepang minus 0,14 persen, peso Filipina minus 0,05 persen, dolar Singapura minus 0,04 persen, dan dolar Hong Kong minus 0,03 persen.
Begitu juga dengan mata uang utama negara maju. Hanya rubel Rusia dan franc Swiss yang menguat masing-masing 0,11 persen dan 0,06 persen.
Sedangkan poundsterling Inggris stagnan. Sisanya melemah dari dolar AS, seperti dolar Australia minus 0,03 persen, euro Eropa minus 0,03 persen, dan dolar Kanada minus 0,02 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, melihat penguatan rupiah terjadi karena pasar tengah menanti kepastian dari berbagai bank sentral di dunia. Mulai dari bank sentral Amerika Serikat, Inggris, Eropa, hingga Jepang terkait kebijakan moneter mereka di tengah peningkatan inflasi.
“Sekitar 20 bank sentral, termasuk Federal Reserve AS, bank sentral Eropa, Inggris, dan Jepang akan memberikan keputusan kebijakan masing-masing minggu ini,” kata Ibrahim.
Hal ini membuat pelaku pasar wait and see menanti kepastian dan memberi penguatan bagi sejumlah mata uang, termasuk rupiah.
Di dalam negeri, faktor penopang rupiah berasal dari dukungan pemerintah terhadap penanganan Covid-19 yang tercermin dari realisasi dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) mencapai Rp 519,7 triliun atau 69,8 persen dari total pagu per 10 Desember 2021.
(*)
sumber: CNN Indonesia