PADA Juli 2025, nilai impor Kota Batam tercatat mencapai US1.467,81 juta,mengalami penurunan sebesar 1,33 persen dibandingkan bulan Sebelumnya.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh sektor nonmigas yang turun 1,55 persen atau sekitar US 1.467,81 juta, mengalami penurunan sebesar 1,33 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, sektor migas menunjukkan perkembangan yang signifikan dengan kenaikan sebesar 51,12 persen, setara dengan US$ 3,19 juta.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam, Eko Aprianto, menjelaskan bahwa secara keseluruhan, impor Batam dari Januari hingga Juli 2025 masih menunjukkan tren positif.
“Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, impor kumulatif Batam meningkat 27,93 persen, mencapai US$ 2.231,09 juta. Peningkatan ini didorong oleh komoditas hasil industri manufaktur,” sebut Eko pada Senin (8/9/2025).
Di antara barang-barang impor nonmigas, kategori Mesin/peralatan listrik (HS 85) mendominasi dengan nilai impor mencapai US$ 649,78 juta pada Juli 2025, berkontribusi 44,56 persen dari total impor nonmigas bulan tersebut.
Untuk periode Januari–Juli 2025, impor Mesin/peralatan listrik mencapai US 4.513,08 juta (44,40persen). Sementara itu, komoditas lainnya seperti Mesin/ pesawat mekanik (HS84) tercatat senilai US 4.513,08 juta (44,40 persen). Besi dan Baja (HS 72) sebesar US$ 598,68 juta. Benda dari besi dan baja (HS 73) sebesar US$ 568,67 juta dan Produk kimia (HS 38) sebesar US$ 530,68 juta.
Selain itu, tercatat pula impor plastik dan barang dari plastik (HS 39) senilai US$ 458,05 juta; kakao/coklat (HS 18) sebesar US$ 362,54 juta; kapal laut (HS 89) sebesar US$ 324,22 juta; aluminium (HS 76) sebesar US$ 172,33 juta; serta perangkat optik (HS 90) senilai US$ 146,38 juta.
“Bahkan, komoditas impor ikan dan udang juga naik signifikan 87,82 persen dibandingkan tahun lalu, meski porsinya hanya 0,02 persen dari total impor,” tambah Eko.
Dari sisi negara asal, Tiongkok masih menjadi pemasok terbesar dengan nilai impor US$ 569,14 juta pada Juli 2025 atau naik 19,21 persen dibanding bulan sebelumnya. Jika dihitung kumulatif Januari–Juli 2025, impor dari Tiongkok mencapai US$ 3.851,28 juta.
Negara pemasok lainnya adalah Singapura (US$ 1.024,46 juta), Taiwan (US$ 890,66 juta), Amerika Serikat (US$ 874,96 juta), Jepang (US$ 733,85 juta), Malaysia (US$ 502,10 juta), Korea Selatan (US$ 329,33 juta), Filipina (US$ 268,08 juta), Jerman (US$ 250,29 juta), dan Vietnam (US$ 155,88 juta).
Menurut pelabuhan bongkar, Pelabuhan Batu Ampar menjadi pintu masuk utama dengan nilai impor Juli 2025 sebesar US$ 1.005,99 juta. Angka ini naik 19,26 persen dibanding Juni 2025.
Secara kumulatif Januari–Juli 2025, total impor terbesar juga tercatat di Batu Ampar sebesar US$ 6.444,02 juta. Disusul Pelabuhan Sekupang (US$ 3.087,82 juta), Kabil/Panau (US$ 339,20 juta), Pulau Sambu (US$ 300,08 juta), dan Bandara Hang Nadim (US$ 25,21 juta).
“Kelima pelabuhan tersebut berkontribusi hingga 99,79 persen terhadap total impor Batam,” tutup Eko.
(sus)