PASANGAN Ganda putra Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Shohibul Fikri, yang baru dibentuk pada awal Juni lalu ini tampil meyakinkan di final China Open 2025 dan meraih gelar juara, dengan menundukkan unggulan kedua asal Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik.
Mereka (Fajar/Fikri) menang dua gim langsung 21-15, 21-14 dalam laga final yang berlangsung di Olympic Sports Center Gymnasium, Changzhou, Minggu (27/7/2025).
Dilansir dari Kompas.com, final ganda putra tersebut terbilang singkat, hanya berdurasi 35 menit. Kemenangan Fajar/Fikri ditentukan lewat kesalahan lawan, ketika pengembalian Soh Wooi Yik gagal melewati net.
“Kunci kemenangan kami pastinya keyakinan atas kemampuan diri sendiri, komunikasi dengan a Fajar dan pelatih yang baik. Saya tidak menyangka bisa juara, tidak tahu mau bicara apa,” ucap Fikri yang masih takjub bisa jadi juara, dilansir dari keterangan PBSI.
“Bermain taktis dan memegang permainan depan. Dengan kondisi lapangan yang berangin dan shuttlecock kencang pastinya memegang bola depan adalah kunci dan kami berdua yang bertipe playmaker bisa mengatasinya dengan baik,” tutur Fajar Alfian menambahkan.
Momen istimewa menjuarai ajang bulu tangkis BWF level Super 1.000 itu kemudian dirayakan dengan selebrasi yang tak kalah unik. Fajar dan Fikri berdiri berdampingan lalu kompak berjoget pacu jalur alias aura farming di tengah lapangan.
Keberhasilan ini terasa istimewa lantaran Fajar dan Fikri baru menjalani turnamen kedua mereka sebagai pasangan. Sebelumnya, mereka terhenti di babak perempat final Japan Open 2025 oleh pasangan Malaysia lainnya, Goh Sze Fei/Nur Izzuddin.
Fajar yang biasanya berduet dengan Muhammad Rian Ardianto, yang saat ini sedang rehat karena urusan pribadi, bisa menjalin kolaborasi apik dengan Fikri.
“Alhamdulillah sangat bersyukur bisa menyelesaikan dua turnamen ini dengan hasil yang lumayan baik,” ucap Fajar.
“Sebenarnya kami juga punya ekspektasi di Jepang minggu lalu bahwa kami bisa, tapi Tuhan punya rencana lebih baik dengan juara di sini.”
“Semoga dengan kemenangan ini bisa menambah kepercayaan diri kami berdua ke depannya. Gelar yang kami persembahkan untuk Indonesia, untuk PBSI, untuk pelatih yang telah melatih kami penuh dengan kesadaran dan ketekunan,” ucap Fajar Alfian.
Tak lupa, Fajar mengenang sosok penting di dunia bulu tangkis Indonesia, Iie Sumirat, yang meninggal dunia pada tengah pekan silam.
“Gelar ini juga secara khusus kami persembahkan untuk legenda bulu tangkis Indonesia asal Bandung, kota kami berdua, yang baru saja berpulang minggu ini, kang Iie Sumirat,” kata Fajar Alfian.
(*/Kompas)