ORGANISASI Kesehatan Dunia atau WHO menduga dua penyebab di balik munculnya hepatitis akut misterius yakni adenovirus atau SARS-CoV-2 virus penyebab Covid-19.
Merujuk data Inggris misalnya, 70 persen di antara kasus di sana positif adenovirus. Sementara infeksi Covid-19 juga terdeteksi di 18 persen dari kasus hepatitis akut misterius Inggris. Bagaimana dengan Indonesia?
Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Mohammad Syahril, 14 pasien yang diduga terinfeksi hepatitis akut misterius tidak memiliki riwayat Covid-19. Berdasarkan tes PCR, pasien negatif Covid-19.
“Enggak ada data riwayat Covid-19, setelah diperiksa semuanya negatif,” kata Syahril, Rabu (18/5/2022).
Syahril mengatakan sampai saat ini Kemenkes belum dapat mendeteksi penyebab hepatitis akut misterius tersebut.
Ia pun menegaskan sampai saat ini belum ada kasus yang secara resmi berstatus terkonfirmasi. Ia mengatakan, Indonesia dan negara-negara dunia lain masih menunggu keputusan WHO.
“Belum ditemukan patogen yang spesifik. Dan di luar negeri pun belum menyebutkan penyebab patogen apa yang menjadi penyebab,” ujarnya.
Syahril mengatakan gejala penyakit hepatitis misterius yang menonjol di Indonesia adalah demam dengan (78,6 persen).
Kemudian diikuti hilangnya nafsu makan (78,6 persen), muntah-muntah (71,4 persen), mual (64,3 persen), dan jaundice atau warna kekuningan pada kulit dan lapisan mukosa (70,21 persen).
“Untuk jaundice-nya di Indonesia cuma berapa bersen itu. Padahal itu adalah gejala yang paling khas dari hepatitis akut,” ucapnya.
Berdasarkan data Kemenkes RI mencatat ada 27 pasien mengalami gejala hepatitis akut hingga Selasa (17/5/2022). Sebanyak 13 kasus masuk kategori discarded dan sisanya 14 kasus diduga terkait hepatitis misterius.
Sementara itu, dalam korespondensi yang diterbitkan di The Lancet Gastroenterology and Hepatology, profesor imunologi pediatrik di Imperial College London Petter Brodin dan Direktur Pusat Penelitian Penyakit Menular dan Imunologi di Cedars Sinai Medical Center di Los Angeles, Moshe Arditi, memiliki teori baru.
Dikatakan bahwa reservoir atau semacam habitat virus kemungkinan telah terbentuk pada anak-anak yang sebelumnya menderita Covid-19 dan mereka juga potensial memiliki virus corona di saluran pencernaannya. Karena itu, para pakar pun saat ini tengah menyelidiki keterkaitan hepatitis akut dan Covid-19.
(*)
sumber: CNN Indonesia.com