MASYARAKAT Batam kembali merasakan dampak kenaikan harga kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam, inflasi tahunan (year on year) pada November 2025 mencapai 3,21 persen. Lonjakan ini terutama dipicu oleh meningkatnya harga bahan pangan dan biaya perawatan pribadi.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyebab utama dengan inflasi mencapai 4,32 persen, berkontribusi 1,22 persen terhadap total inflasi Batam. Di antara komoditas tersebut, cabai merah memimpin dengan sumbangan 0,45 persen, diikuti oleh sigaret kretek mesin (SKM) 0,12 persen, telur ayam ras 0,08 persen, minyak goreng 0,07 persen, dan santan segar 0,06 persen.
Kenaikan harga juga terjadi di sektor perawatan pribadi dan jasa lainnya, yang mencatat lonjakan signifikan sebesar 16,32 persen, memberikan kontribusi 1,02 persen terhadap inflasi keseluruhan. Hal ini mencerminkan meningkatnya biaya untuk kebutuhan gaya hidup urban, seperti perawatan wajah dan tubuh, yang mulai terasa berat bagi masyarakat.
“Kenaikan harga komoditas pangan dan perawatan pribadi menjadi faktor utama yang menekan inflasi Batam pada bulan November. Kondisi ini memerlukan perhatian karena langsung berdampak pada daya beli masyarakat, ” sebut Kepala BPS Batam, Eko Aprianto.
Selain sektor pangan dan kebutuhan rumah tangga, berbagai komoditas non-pangan juga ikut berkontribusi terhadap inflasi, termasuk emas perhiasan, harga sewa rumah, SKM, angkutan udara, serta makanan siap saji.
Kenaikan harga tiket pesawat, misalnya, berkontribusi pada inflasi dalam kelompok transportasi, yang tumbuh sebesar 1,25 persen, menyumbang 0,18 persen terhadap total inflasi.
Namun, di tengah kenaikan harga, terdapat juga komoditas yang mengalami penurunan, membantu menahan laju inflasi. Komoditas seperti tomat, bawang merah, bawang putih, udang basah, ayam hidup, wortel, bayam, dan sabun mandi cair tercatat sebagai penyumbang deflasi.
Untuk inflasi bulanan (month to month) di November 2025, Batam mencatat inflasi sebesar 0,25 persen akibat kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 110,14 menjadi 110,41.
Eko menekankan pentingnya pengendalian pasokan menjelang musim libur Natal dan Tahun Baru yang biasanya meningkatkan permintaan dan dapat memicu inflasi tambahan.
“Kerjasama antar instansi sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas pasokan komoditas sensitif, terutama cabai, telur, ayam, dan ikan,” ujarnya.
(sus)


