Populasi | |
---|---|
• Total | ± 4,000 jiwa jiwa |
Kode Kemendagri | 21.01.09 |
Kode BPS | 2102070 |
Luas | ± 30 km² |
Desa/kelurahan | 7/1 |
Gugusan Kepulauan Tambelan terdiri dari sekitar 56 buah pulau kecil. Berdasarkan data dari Tambelan Dalam Angka, (BPS Kabupaten Bintan, 2020), Kecamatan Tambelan terletak pada 0ﹾ59’31” Lintang Utara, dan 107ﹾ33’34” Bujur Timur, dengan luas daratan 169,42 km (0,72%), luas lautan 23.495 km (99,28%), dengan luas keseluruhan 23.665.42 km.
Terdiri dari 7 desa, dan 1 kelurahan, memiliki fasilitas pendidikan 1 buah Sekolah Menengah Atas, 1 Sekolah Menengah Pertama, 1 MTS, 7 Sekolah Dasar dan 2 Taman Kanak-kanak.
Berdasarkan tradisi lisan (folk lore), nama asal Pulau Tambelan adalah Pulau Kandil Bahar.
Kandil berarti lampu, bahar bermakna laut, maksudnya lampu/cahaya yang terlihat dari laut. Nama Kandil bahar masih melekat hingga sekarang untuk menyebut lapangan depan Masjid Raya Baiturrahmat Tambelan.
Lapangan Kandil Bahar juga disebut dengan nama Laman Balai, maknanya sebelum Masjid Raya Tambelan dibangun di tempatnya yang sekarang, dan direvitalisasi oleh Ketua Gemeinschaaft Tambelan, Datuk Kaya Hasnan Bin Yahya, sebelumnya lokasi tersebut berdiri sebuah balai tempat musyawarah, dan masjid tersebut sekaligus dijadikan sebagai tempat musyawarah. Ppekarangan atau halamannya disebut juga dengan “laman balai”, Kandil Bahar”.
Cerita Awal Nama Tambelan
Konon ada pedagang/pelaut Arab, nakhodanya bernama Qayum yang singgah di pulau ini, masuk berlabuh di salah satu teluk di pulau tersebut, dan hingga sekarang masih ada nama daerah di sekitar teluk tersebut bernama Gayam.
Perkampungan Gayam memang dalam tradisi bertutur orang Tambelan menyebutkan sebagai negeri (perkampungan awal) orang Tambelan tinggalnya di situ, sebelum pindah ke dalam teluk yang lebih panjang yang menjadi tempat pemukiman masyarakat Tambelan hingga sekarang ini.
Di Gayam selalu diceritakan orang-orang dulu masih menemukan emas, alat alat perhiasan lain, dan pecahan perkakas rumah tangga.
Ada juga yang mengatakan nama Gayam tersebut berasal dari nama pohon atau nama ikan, namun di kalangan masyarakat Tambelan tidak mengenal nama pohon Gayam, atau nama ikan gayam.
Tofonim Gayam ini sangat dekat dengan kata Qayum, boleh jadi nama Gayam ini berasal dari nama pelaut Arab Qayum. Qayum inilah yang menyebut nama pulau itu dengan sebutan Pulau Kandil Bahar.
Bila dikaji secara etimologi, bahwa kata kandil dan kata bahar keduanya berasal dari bahasa Arab. Kandil berarti cahaya, sedangkan bahar (i) berarti laut, yang bila digabungkan bermakna cahaya dari laut.
Dari Cerita rakyat tentang nama Kandil Bahar, memang tidak dapat dipastikan peristiwa singgahnya pelaut/pedagang Arab ke pulau tersebut terjadi pada tahun berapa, yang jelas bila dikaitkan dari asal usul nama dengan cerita, ada kesesuaian.
Nama Kandil Bahar ini digunakan sebelum tahun 1623 M, karena berdasarkan cerita rakyat juga, sejak Sultan Abdullah Muayat Syah, Sultan Johor, Pahang, Riau Lingga VII (1615-1623), datang dan hingga bermakam di Tambelan, nama pulau tersebut menjadi nama Pulau Sabda, (sabda, maksudnya titah sultan supaya baginda dibawa dan dimakamkan di situ).
Sedangkan angka tahun 1623 M, diperoleh dari beberapa litelatur sejarah yang menceritakan tentang Sultan Abdullah Muayat Syah, banyak litelatur menyebutkan Sultan Abdullah Muayat Syah wafat di Tambelan pada tahun 1623 M.
(*)
Sumber : Kemendikbud | BPS | bintankab.go.id