TIGA mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Daffa Fairuzaufa Athallah Raharjo, Aine Shahnaz Tjandraatmadja, dan Almaz Scarletta Tjakrashafanti menciptakan alat penerjemah bahasa isyarat. Ketiganya menciptakan alat bernama Transaura dengan teknologi TensorFlow dan Raspberry Pi.
Ide ini muncul di tengah minimnya aksesibilitas penerjemahan bahasa isyarat bagi masyarakat umum, sehingga mendorong tiga mahasiswa UI inj merancang sebuah alat bantu.
Tim Transaura terdiri dari lintas fakultas di UI. Daffa Fairuzaufa Athallah Raharjo (Fakultas Teknik UI, 2020), Aine Shahnaz Tjandraatmadja (Fakultas Ilmu Keperawatan UI, 2020), dan Almaz Scarletta Tjakrashafanti (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, 2018).
Pencetus ide Transaura, Daffa, menuturkan penyandang tuna rungu yang lulus dari Sekolah Luar Biasa (SLB) banyak yang mengalami kesulitan dalam proses pencarian kerja maupun kesulitan dalam mengakses berbagai sarana publik. Pengembangan Transaura diharapkan mampu memudahkan komunikasi dua arah.
“Desain Transaura berbentuk portable box yang dapat ditaruh di mana-mana. Alat ini memiliki dua sisi, sisi pertama untuk teman tuna rungu dan sisi lainnya untuk teman dengar,” kata Daffa, dalam keterangan tertulis yang dikutip detikedu, Sabtu (5/2/2022).
Pakar Image Processing yang membimbing ketiga mahasiswa tersebut, Dodi Sudiana, mengatakan kurangnya akses pada penerjemahan bahasa isyarat menimbulkan isu sosial terhadap penyandang disabilitas.
“Seperti kesenjangan pendidikan, ketidaksetaraan kesempatan kerja, dan inklusi partisipasi sosial. Karena itu dibuatlah teknologi Transaura dengan menggunakan TensorFlow untuk machine learning dan Raspberry Pi untuk deteksi objek,” kata Dodi yang juga dosen Teknik Elektro UI.
Cara Kerja Transaura
Salah satu anggota tim, Almaz memaparkan dalam sistem yang dikembangkan ada dua layar di depan dan belakang sehingga memungkinkan dilakukannya komunikasi dua arah. Layar pertama akan menjadi tempat penerjemah bahasa isyarat menggunakan deteksi objek dengan bantuan TensorFlow.
“Layar kedua akan mengeluarkan teks yang terletak pada sisi belakang alat tersebut. Komponen utama yang menjadi otak dari Transaura adalah microprocessor Raspberry Pi,” ujar Almaz menjelaskan terkait komponen Transaura.
Almaz mengatakan TensorFlow adalah library open source untuk komputasi numerik dan machine learning skala besar. TensorFlow dapat melatih dan menjalankan jaringan saraf dalam untuk klasifikasi digit tulisan tangan, dan pengenalan gambar.
Selain itu, TensorFlow juga dapat dilatih untuk penyematan kata, jaringan saraf berulang, model urutan-ke-urutan untuk terjemahan mesin, pemrosesan bahasa alami, dan simulasi berbasis PDE (partial differential equation).
Menariknya, TensorFlow mendukung prediksi produksi dalam skala besar dengan model yang sama yang dapat digunakan untuk pelatihan.
Ketua tim Transaura, Aine, menambahkan Transaura dibuat untuk dapat digunakan di area perkantoran, supermarket, dan sarana transportasi.
“Dengan Transaura, diharapkan dapat tercipta kesetaraan bagi penyandang disabilitas pada berbagai lapangan kerja, sesuai dengan namanya Transaura (translating aura). Kesempatan dan kesetaraan bagi penyandang disabilitas menjadi titik tumpu dari penelitian ini,” katanya.
Aine dkk berhasil meraih juara ketiga tingkat nasional pada kompetisi hibah untuk penelitian nasional, Tanoto Student Research Awards 2021, di bidang appropriate technology. Tim UI tersebut melakukan penelitian dan menjalani seleksi bertahap mulai dari tingkat universitas sampai tingkat nasional pada Juni 2021 – Januari 2022.
(*)
sumber: detik.com