KETEGANGAN politik antara China dan Taiwan dianggap belum akan berpengaruh bagi perekonomian Batam dalam waktu dekat. Sebabnya, karena baik China maupun Taiwan bukan negara utama tujuan eskpor Batam.
“Saya kira ketegangan China dan Taiwan yang semakin meningkat belakangan ini belum akan begitu berpengaruh pada ekspor barang dari Batam ke kedua negara tersebut, termasuk juga realisasi investasi dari 2 negara tersebut ke Batam,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam, Rafki Rasyid, Rabu (24/8).
Seperti yang diketahui, baik China dan Taiwan juga memiliki investasi di Batam. Investasi Taiwan di Batam seperti perusahaan manufaktur Pegatron, sedangkan investasi China seperti perusahaan besi Sempurna Wahyu Metalindo dan lain-lain.
“Ketengangan antara kedua negara tersebut belum memengaruhi arus barang keluar dan masuk diantara keduanya, begitu juga dengan negara ketiga,” ungkapnya.
Lain ceritanya, jika perang pecah antara kedua negara, maka akan mengganggu arus barang dan modal dari dan menuju kedua negara tersebut. “Jika hal itu terjadi, maka akan banyak perekonomian negara yang terhubung dengan China dan Taiwan yang terdampak, sehingga bisa menimbulkan dampak tekanan ekonomi global yang semakin parah,” tuturnya.
Ia berharap hubungan bilateral antara kedua negara segera membaik, sehingga kondisi ekonomi global yang tengah memasuki masa resesi tidak terancam lebih jauh lagi.
“Negara-negara ketiga termasuk Indonesia bisa menjalankan perannya untuk mencegah terjadinya perang antara kedua negara ini. Apalagi Indonesia mengaut azas bebas aktif dalam politik internasional. Selaku Ketua G20, peran Indonesia akan lebih penting lagi untuk mendamaikan keduanya,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Koordinator Himpunan Kawasan Industri (HKI) Batam dan Karimun, Tjaw Hieong juga mengatakan hal serupa. Meskipun China masuk 3 besar tujuan ekspor Batam, namun jumlahnya tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan Singapura maupun Amerika.
“Tujuan utama ekspor Batam itu Singapura dan Amerika yang jumlahnya naik signifikan. China memang 3 besar, tapi ekspornya stagnan, apalagi Taiwan yang tidak masuk 10 besar. Jadi ketegangan politik antara keduanya belum akan memengaruhi perekonomian Batam,” tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani memperkirakan eskalasi antara China dan Taiwan dapat berpengaruh kepada perekonomian Indonesia. Pasalnnya, Indonesia menjadi mitra dagang dan investasi utama di Indonesia.
China menjadi tujuan utama eskpor Indonesia dengan nilai US$ 53,8 miliar per 2021. Lalu, negara yang menjadi importir tertinggi bagi Indonesia dengan nilai US$ 56,3 miliar. Peringkat 3 Penanaman Modal Asing (PMA) terbesar dengan nilai US$ 3,2 miliar per 2021. Dan menjadi negara kreditor ke-4 terbesar dengan nilai US$ 22 miliar per Maret 2022.
Sedangkan Taiwan berada di posisi 10 peringkat PMA terbesar di Indonesia dengan nilai US$ 316,9 juta per 2021. Lalu tujuan ekspor terbesar ke-9 senilai US$ 7 miliar per 2021 dan negara asal remitansi TKI tertinggi ke-3 senilai US$ 1,4 miliar per 2021 (leo).